19 Mei 2024
Home
×
Login Area
Tentang LKK
Struktur Organisasi
Keanggotaan
Program & Layanan
Agenda Kegiatan
HS CODE & Tarif Pabean
Peta Logistik
Tips
Peraturan Pemerintah
×
User ID/Email

Password

Register    Forgot Password
×
Operator/Agency/vessel name/voyage
Jadwal Kapal
Port Asal :
Port Tujuan :
 
×

PENDAFTARAN
No KADIN
Perusahaan*
Alamat *
 
*
Kode Pos
Telepon *
HP/Seluler
Fax
Email
Website
Pimpinan
Jabatan
Personal Kontak
Bidang Usaha
Produk/Jasa *
Merek
ISIAN DATA KEANGGOTAAN ONLINE**)
Email
Nama lengkap
Password
Retype Password
Code ==> Verify

*) Wajib diisi
**) Diisi jika menghendaki keanggotaan Online.

×

Reset Password!

*)


*) Alamat email sesuai dengan yang tercantum di profil Account.
×

 
LKK KADIN DKI JAKARTA
FREE CONSULTATION, REGISTER NOW !
Supported by
KADIN DKI JAKARTA
 

Perekonomian Indonesia Tahun 2015 Tidak Lagi Bergantung Pada Ekspor - 11 Dec 2014

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015 tidak lagi bergantung pada pertumbuhan ekspor mengingat anjloknya harga sejumlah komoditas, sementara sektor manufaktur belum dapat diandalkan. Menurut keterangan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro dalam sesi dialog dengan Menko Perekonomian pada Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) KADIN Indonesia di Jakarta, Senin (8/12), ke depannya basis Industri manufaktur yang menjadi prioritas terdiri atas tiga jenis.

 

Pertama adalah indutri yang berbasis sumber basis alam yang sejalan dengan hilirisasi di bidang agro dan pertambangan; kedua adalah sektor industri manufaktur yang mampu mencapai skala ekonomi secara besar seperti sektor industri otomotif yang tidak hanya mampu menguasai pasar domestik, namun juga mampu menguasai ekspor; dan ketiga adalah sektor industri manufaktur yang akan menunjang pengadaan listrik seperti industri penunjang pembangkit listrik yang dikenal seperti boiler trafo, dan transmisi. Menurut Bambang, salah satu upaya Indonesia untuk mengurangi defisit transaksi berjalan adalah dengan membangun industri listrik di Indonesia.

 

Menanggapi hal tersebut, Menteri Perindustrian Saleh Husin menyatakan sebagai salah satu upaya pemerintah untuk mengisi kekosongan mata rantai di bidang produksi dalam mengatasi kendala industri agar menjadi lebih efisien dan terintegrasi, seperti dinyatakan dalam Program Quick Wins Perindustrian Kabinet Kerja 2014 – 2019, adalah hilirisasi hasil tambang ke produk jasa dan industri, serta hilirisasi produk-produk pertanian menjadi agro industri. Hilirisasi yang telah dicanangkan sejak tahun 2010 ini bertujuan meningkatkan nilai tambah, memperkuat struktur industri, menyediakan lapangan kerja, dan memberi peluang usaha.

 

Dalam kesempatan sama, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel menyatakan dirinya senantiasa mengadakan koordinasi dengan menteri terkait seperti menteri pertanian dan menteri perindustrian agar mampu menjadikan industri di dalam negeri lebih terintegrasi. Sebab menurut Gobel, bila industrinya tidak terintegrasi, maka akan sulit menghadapi persaingan di wilayah ASEAN terutama dalam hal produktivitas dan efisiensi.

 

“Jadi bagaimana kita akan mengejar ketertinggalan di bidang daya saing dan biaya produks, sementara saat ini kalau Indonesia mengundang masuknya investasi bukan karena tenaga kerja kita murah. Kita harus mulai membangun produk Indonesia sendiri dengan dukungan infrastruktur seperti jalan dan pelabuhan, termasuk juga mewujudkan kedaulatan pangan. Dengan alasan itulah, kami di Kementerian Perdagangan berniat mengelola sejumlah produk impor yang dilakukan selama ini seperti pada komoditi daging sapi, beras, dan gula, sedapat mungkin didorong dari dalam negeri.

 

Kami harus menyelamatkan pasar domestik sambil mengelola ekspor nonmigas. Pasar dalam negeri harus mampu meningkatkan nilai tambah, sambil diamankan sehingga dapat mencegah terjadinya inflasi. Kemendag juga akan mengupayakan petani komoditi di dalam negeri mampu meraih keuntungan yang wajar. Ini dilakukan dalam rangkaian menjaga stabilitas produksi dengan suplai. Banyak yang di dalam negeri belum dikelola dengan baik, sehingga mengakibatkan sistem produksi tidak dapat berjalan secara optimal, papar Gobel.

 

Karena itu seperti juga upaya negara lain memperkuat standardnya, Indonesia harus memiliki Standard Nasional Indonesia (SNI) yang lebih diperkuat pengadaan laboratorium ujinya, sehingga mampu meningkatkan pengawasan produknya menjadi standard original. Saya ingin SNI Indonesia harus lebih tinggi dari standar yang diberlakukan negara-negara ASEAN lainnya. Saya akan mendorong produk lokal Indonesia ditingkatkan kualitasnya agar mampu bersaing menjadi produk nasional. Dengan sudah mampu menjadi produk nasional, diharapkan produk tersebut juga mampu bersaing di tingkat internasional, paparnya.

 

 

 

 

 

Sumber: Business News, Rabu 10 Desember 2014