26 Apr 2024
Home
×
Login Area
Tentang LKK
Struktur Organisasi
Keanggotaan
Program & Layanan
Agenda Kegiatan
HS CODE & Tarif Pabean
Peta Logistik
Tips
Peraturan Pemerintah
×
User ID/Email

Password

Register    Forgot Password
×
Operator/Agency/vessel name/voyage
Jadwal Kapal
Port Asal :
Port Tujuan :
 
×

PENDAFTARAN
No KADIN
Perusahaan*
Alamat *
 
*
Kode Pos
Telepon *
HP/Seluler
Fax
Email
Website
Pimpinan
Jabatan
Personal Kontak
Bidang Usaha
Produk/Jasa *
Merek
ISIAN DATA KEANGGOTAAN ONLINE**)
Email
Nama lengkap
Password
Retype Password
Code ==> Verify

*) Wajib diisi
**) Diisi jika menghendaki keanggotaan Online.

×

Reset Password!

*)


*) Alamat email sesuai dengan yang tercantum di profil Account.
×

 
LKK KADIN DKI JAKARTA
FREE CONSULTATION, REGISTER NOW !
Supported by
KADIN DKI JAKARTA
 

Kembangkan Industri Sektor Perikanan dan Kelautan, Kadin Dorong Perbankan Salurkan Kredit - 18 May 2017

Customsjakarta.com, Jakarta- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) meminta agar perbankan dapat lebih banyak menyalurkan kredit ke sektor perikanan dan kelautan sehingga industri sektor tersebut bisa tumbuh dan berkembang.

“Kredit perbankan untuk sektor maritim dan perikanan masih rendah. Kamo harapkan visi poros maritim dunia yang ingin dicapai pemerintah dapat didukung pula oleh perbankan,” kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan, Yugi Prayanto, Kamis (18/5/2017).

Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Januari 2017, penyaluran kredit ke sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan sebesar Rp278 triliun (6,45%) sementara kredit ke sektor perikanan hanya Rp 9,14 triliun (0,21%).

Adapun NPL pada kedua sektor tersebut masing-masing mencapai Rp 6,04 triliun (2,17%) dan Rp384 miliar (4,21%).

Yugi mengatakan saat ini pihaknya dengan sektor perbankan tengah berupaya mencari skema terbaik untuk penyaluran kredit ke sektor perikanan.

Dia menekankan sektor maritim dan perikanan memiliki peluang yang sangat bagus untuk dikembangkan, terutama untuk industri pengolahannya dan perikanan budi daya yang belum dikembangkan dengan optimal. “Masih ada potensi budidaya 90%. Sekarang belum optimal,” ujar Yugi.