29 Apr 2024
Home
×
Login Area
Tentang LKK
Struktur Organisasi
Keanggotaan
Program & Layanan
Agenda Kegiatan
HS CODE & Tarif Pabean
Peta Logistik
Tips
Peraturan Pemerintah
×
User ID/Email

Password

Register    Forgot Password
×
Operator/Agency/vessel name/voyage
Jadwal Kapal
Port Asal :
Port Tujuan :
 
×

PENDAFTARAN
No KADIN
Perusahaan*
Alamat *
 
*
Kode Pos
Telepon *
HP/Seluler
Fax
Email
Website
Pimpinan
Jabatan
Personal Kontak
Bidang Usaha
Produk/Jasa *
Merek
ISIAN DATA KEANGGOTAAN ONLINE**)
Email
Nama lengkap
Password
Retype Password
Code ==> Verify

*) Wajib diisi
**) Diisi jika menghendaki keanggotaan Online.

×

Reset Password!

*)


*) Alamat email sesuai dengan yang tercantum di profil Account.
×

 
LKK KADIN DKI JAKARTA
FREE CONSULTATION, REGISTER NOW !
Supported by
KADIN DKI JAKARTA
 

Perbaikan Jalur Mendesak - 11 Feb 2014

JAKARTA – Pelaku usaha mendesak perbaikan infrastruktur jalur distribusi dari dan menuju Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta menyusul parahnya kerusakan akses utama ekspor impor di Indonesia itu.

Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) DKI Jakarta Sofyan Pane mengatakan banjir di wilayah Ibu Kota dan sekitarnya telah melumpuhkan kegiatan logistik dan merusak infrastruktur di jalur distribusi Tanjung Priok.

“Pengusaha logistik menderita kerugian miliaran rupiah per hari karena pergerakan arus barang terhambat. Dampaknya, perusahaan forwarder sebagai wakil pemilik barang selalu diklaim jika terjadi keterlambatan pengangkutan ekspor maupun pemulang kontainer eks-impor di depo,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (10/2).

Dia menjelaskan forwarder yang harus menalangi terlebih dahulu tambahan biaya akibat terhambatnya arus barang di pelabuhan. Padahal tidak ada faktor kesengajaan terjadinya keterlambatan keluar masuk kontainer tersebut.

“Semua akibat situasi dan kondisi yang saat ini sama-sama kita alami, banjir dan macet dimana-mana,” tuturnya.

Sofian menjelaskan tambahan beban biaya itu pada akhirnya berdampak kepada harga jual barang yang akan melonjak. Masyarakat sebagai konsumen akhir diprediksi bakal menanggung semua beban tambahan tersebut.

“Oleh karena itu untuk menurunkan biaya logistik, perbaikan infrastruktur dan peningkatan kapasitas Pelabuhan Priok mendesak direalisasikan,” paparnya.

Selama ini, pelabuhan berperan vital bagi daya saing negara karena pelabuhan sebagai salah satu elemen biaya logistik nasional.

Jika infrastuktur di pelabuhan kurang mendukung, tuturnya, bakal memengaruhi arus barang baik untuk ekspor maupun impor.

Pembenahan infrastruktur di pelabuhan itu, ujarnya, tidak bisa menunggu lama mengingat angka pertumbuhan ekspor nasional yang terus meningkat.

Dia mencontohkan pada Desember 2013 angka neraca perdagangan kembali mengalami surplus senilai US$1,5 miliar akibat melonjaknya ekspor.

Selama 2013, total ekspor nasional mencapai US$182,57 miliar dengan nilai impor sebesar US$186,63 miliar.

Saat itu, target ekspor dipasang  pada angka US$179 miliar. Pada 2014, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekspor sekitar 5% menjadi US$190 miliar.

Dengan tingkat pertumbuhan ekspor yang demikian tinggi, dia menilai daya dukung Pelabuhan Tanjung Priok mutlak harus diperbaiki.

“Lebih dari 65% arus ekspor-impor Indonesia melewati Tanjung Priok. Jika kapasitas dan akses menuju Pelabuhan Priok tak segera ditingkatkan maka lonjakan harga barang akan terus terjadi akibat mahalnya biaya logistik,” paparnya.

Erwin Taufan, Ketua Bidang Kepelabuhanan Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI), mengatkan ketersediaan infrastruktur di dalam dan di luar pelabuhan yang menjadi pemicu utama tinggi biaya logistik.

“Kalau infrastrukturnya mendukung dan baik otomatis biaya logistik bisa diminimalisasi,” ujarnya.

Taufan mengatakan biaya logistik nasional dibandingkan dengan Negara tetangga sampai kini tergolong masih paling tinggi.

Hal itulah yang membuat daya saing Indonesia lemah dibandingkan dengan kompetitor seperti China, Thainlad, dan Vietnam.

Berdasarkan cetak biru Sistem Logistik Nasional (Sislognas), biaya logistik nasional mencapai 27% dari Produk Domestik Bruto (PDB), jauh tertinggal dibandingkan dengan Jepang yang sudah 10,6%, Amerika Serikat 9,9%, dan Korea Selatan 16,3%. “Semakin tinggi biaya logistik ini, daya saing semakin rendah.”

Direktur National Maritime Institute (Namarin) Siswanto Rusdi menyatakan pemerintah harus mempercepat pembangunan infrastruktur di Tanjung Priok, baik akses jalan menuju pelabuhan peti kemas maupun kapasitas pelabuhan sendiri.

Saat ini katanya, lebih dari 9.000 unit angkutan barang dan peti kemas keluar masuk Pelabuhan Tanjung Priok setiap harinya.

Dengan Volume kendaraan yang terus bertambah sementara akses jalan yang tidak banyak berubah, tuturnya, biaya transportasi menuju dan keluar pelabuhan menjadi semakin mahal.

Menurutnya, pemerintah sebaiknya memaksimalkan peran PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II dan aset yang dimilikinya untuk mempercepat peningkatan kapasitas pelabuhan karena bila menunggu pembangunan Terminal Kalibaru terlalu lama.

“Sebaiknya, Pelindo II didorong untuk meningkatkan investasi di aset-aset yang sudah existing, sehingga peningkatan kapasitas Priok dapat dilakukan dan segera dirasakan oleh pelaku usaha,” ujarnya.

 






Sumber Tulisan : Bisnis Indonesia, Selasa 11 February 2014

Foto : http://statik.tempo.co