Cikarang Dry Port Setop Ekspansi - 14 Mar 2014
CIKARANG – PT Cikarang Inland Port, operator Cikarang Dry Port, menyatakan menyetop ekspansi usaha pada tahun ini seiring dengan prediksi adanya ketidakpastian ekonomi nasional.
Benny Woenardi, Managing Director PT Cikarang Inland Port, mengatakan pada tahun ini pihaknya menyetop aliran investasi untuk mengembangkan bisnis. Sejauh ini, menurutnya, Cikarang Dry Port, masih kesulitan menggaet minat pelaku ekspor impor untuk memarkirkan kontainernya di Cikarang.
Dia menjelaskan CDP yang kini memiliki layanan terpadu masih belum bisa memaksimalkan kapasitas dari area seluas 200 hektar tersebut.
Dari total area yang dimiliki, papanya, hanya 30% terbangun sedangkan realisasi kapasitas 400.000 TEUs hanya terisi 45% saja.
Di lain pihak, dia juga mengakui penghentian sementara investasi bagi CDP memang lebih dikarenakan adanya ketidakpastian bisnis.
Selain adanya, pemilu yang menyebabkan beberapa calon rekanan menunda kontrak, CDP juga masih terkungkung maslah realisasi bisnis yang belum optimal.
Sejak dibangun pada 2010, CDP diproyeksikan sebagai pusat pengalihan, atau solusi kepadatan kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok. Namun, para pelaku ekspor-impor belum mau memarkirkan barangnya di CDP.
Alvian Riyanto, wakil dari PT Sukanda Djaya – importir makanan ringan-, mengatakan banyak importir enggan memilih CDP sebagai pelabuhan tujuan.
“Karena kami masih dibingungkan dengan minimnya PPJK (Perusahaan Pelayanan Jasa Kepabeanan) di CDP,” ujarnya.
Dia mengatakan para importir telah terbiasa dengan pelayanan Tanjung Priok. Saat ini, tambahnya, waktu tunggu kontainer di Tanjung Priok (dwelling time) memamng cukup tinggi, tetapi terdapat layanan PPJK yang sudah bermitra baik dengan Bea dan Cukai.
Di sisi lain, dia sepakat kalau total ongkos pengeluaran kontainer impor lebih rendah di CDP.
Untuk satu unit kontainer ukuran 20 kaki di pelabuhan Tanjung Priok biasanya mengeluarkan biaya Rp5,1 juta.
Sumber Tulisan : Bisnis Indonesia, Kamis 13 Maret 2014 |