Kompensasi Produk Manufaktur Minim - 03 Apr 2014
JAKARTA – Penjualan produk manufaktur bernilai tambah belum cukup kuat mengompensasi tekanan terhadap kinerja ekspor nonmigas pascapenerapan larangan penjualan bijih mineral mentah ke luar negeri.
Tren pertumbuhan negative penjualan barang unggulan manufaktur sepanjang awal tahun ini diperkirakan belum dapat dijadikan tulang punggung ekspor Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) ekspor produk industri tergelincir 0,44% (year-on-year) menjadi hanya US$19,19 miliar selama Januari-Februari 2014 dari pencapaian US$19,28 miliar selama periode yang sama pada tahun lalu.
Ekspor produk nonmigas utama seperti pakaian jadi bukan rajutan hanya mencapai US$0,33 miliar atau turun 7,77% sedangkan ekspor alas kaki hanya menembus US$0,30 miliar atau turun 10,53%.
“Saat ini, kinerja ekspor nonmigas untuk produk industri manufaktur bernilai tambah masih belum cukup kuat, sehingga yang menonjol dari ekspor kita masih belum berubah dari dominasi batu bara dan CPO (crude palm oil),” ujar peneliti LP3EI Ina Primiana kepada Bisnis, Selasa (1/4).
Dia menjelaskan kontribusi produk manufaktur bernilai tambah terhadap total ekspor Indonesia mengalami kecenderungan penurunan setiap tahunnya. Pada 2001, lanjutnya, andilnya masih berkisar 29%, sedangkan saat ini hanya tinggal 23%.
Padahal, salah satu kondisi yang mencerminkan performa perdagangan yang sehat adalah tingginya ekspor produk bernilai tambah. Menurut Ina, apabila barang industri bernilai tambah tidak kunjung memberi andil signifikan, maka itu akan berdampak negative dalam jangka panjang.
Sumber Tulisan : Bisnis Indonesia, Rabu 2 April 2014 |