Manufaktur Kian Melempem - 03 Apr 2014
JAKARTA – Kinerja manufaktur yang melempem berisiko terus berlanjut paling tidak sampai 6 bulan ke depan, sejalan dengan penurunan bahan baku penolong dan barang modal per Februari 2014 yang mencatat nilai terendah dalam 5 bulan terakhir.
Impor bahan baku / penolong per Februari US$10,55 juta, terpelanting 6,68% dari posisi Januari US$11,30 miliar. Sementara itu, impor barang modal US42,34 miliar, menyelam 11,02% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Secara tahunan impor bahan baku turun 10,49%, barang impor turun 8,98%.
Penurunan impor bahan baku / penolong dan barang modal dengan sendirinya juga merefleksikan risiko terkoreksinya laju pertumbuhan ekonomi dan bertambahnya jumlah pengangguran meningkat sektor industri pengolahan atau manufaktur adalah penyerap tenaga kerja terbesar bersama sektor pertanian.
Menko Perekonomian Hatta Rajasa yang dimintai komentarnya atas situasi ini mengamini berbagai risiko tersebut. “Impor memang sengaja kami kendalikan. Tapi yang paling penting, penurunan impor jangan sampai terjadi pada barang modal,” ujarnya di Jakarta, Rabu (2/4).
Dia menambahkan penurunan impor barang modal itu berpeluang memperlambat laju pertumbuhan investasi dalam negeri, dan akan terasa pada 6-12 bulan ke depan. Karena itu dia berharap pengendalian impor diarahkan pada bahan baku/ penolong, sesuai dengan kebijakan hilirisasi sumberdaya alam.
“Jangan sampai tren surplus neraca perdagangan justru mengganggu produktivitas kita ke depan. Kita harus tetap jaga momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ini tidak boleh jatuh karena kita masih membutuhkan lapangan kerja yang besar,” katanya.
Sumber Tulisan : Bisnis Indonesia, Kamis 3 April 2014 |