Abaikan Nilai Tambah, RI Kalah dari Filipina - 23 Apr 2014
JAKARTA – Peluang ekspor produk turunan yang bernilai tambah dari komoditas kelapa belum tergarap maksimal. Hal itu tercemin dari tertinggalnya nilai perdagangan kelapa RI dari Filipina.
Seperti diketahui, sebanyak 78,9% dari total perdagangan produk kelapa dunia didominasi oleh Indonesia dan Filipina. Rerata nilai ekspor produk kelapa RI per tahun adalah US$1.355 juta atau lebih rendah dari Filipina yang mencapai US$1.544 juta.
Direktur Asian and Pacific Coconut Community (APCC) Wilaiwan Twishsri mengungkapkan nilai ekspor kelapa sebetulnya bisa lebih besar dari saat ini jika nilai tambah poduk kelapa digarap secara serius.
“Dengan memproduksi produk turunan kelapa bernilai tinggi seperti serat kelapa, activated carbon, gas cair atau biodiesel, pendapatan petani dapat meningkat hingga tiga sampai lima kali lipat,” katanya, belum lama ini.
Indonesia, lanjutnya, selama ini lebih banyak mengekspor kopra dan minyak kelapa. Pada 2012, ekspor kopra RI menembus US$26,63 juta sedangkan ekspor minyak kelapa mencapai US$947,74 juta.
Sebanyak 72,16% kopra RI justru dijual ke Filipina, Bangladesh 18,47%, Korea Selatan 4,8%, Malaysia 0,92%, dan Belanda 0,38%. Sementara itu 32% minyak kelapa RI dijual ke Belanda, Malaysia 22%, serta Korsel dan China masing-masing 14%.
Wilaiwan menjelaskan Indonesia dan Filipina juga merupakan negara pengekspor kelapa kering (desiccated coconut/DC) terbesar di dunia bersama dengan Sri Lanka. Namun, DC yang dijual di Indonesia lebih murah dibandingkan dengan negara lain.
Sumber Tulisan : Bisnis Indonesia, Senin 21 April 2014
Foto : http://img.antaranews.com |