Cikarang Dry Port Butuh Insentif - 26 May 2014
CIKARANG – PT Cikarang Inland Port mengharapkan pemerintah mengeluarkan regulasi yang mendukung minat para importir mengalihkan penanganan kontainer dari Pelabuhan Tanjung Priok ke Cikarang Dry Port.
Managing Director PT Cikarang Inland Port, operator Cikarang Dry Port, Benny Woenardi mengatakan regulasi itu bisa berupa insentif bagi eksportir dan importir jika mengalihkan penanganan kontainer di Cikarang Dry Port (CDP).
“Regulasinya semisal seperti pengalihan bandara soetta (Soekarno Hatta) ke Halim, ketika bebannya sudah tidak memungkinkan ditampung, ada kebijakan mengalihkan,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (22/5).
Saat ini, menurutnya, pertumbuhan arus peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok sudah melampaui kapasitas pelabuhan itu. Dia mengharapkan sebagian peti kemas di Tanjung Priok itu bisa dialihkan ke CDP. Sejauh ini, pertumbuhan peti kemas di CDP masih berjalan lambat meskipun terjadi pertumbuhan pengguna pelabuhan darat itu.
Awalnya, tegasnya, pembangunan CDP untuk memangkas beban kepadatan Tanjung Priok sebagai terminal laut utama.
Berdasarkan data Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap kinerja pelabuhan sepanjang semester II/2013 menunjukkan penurunan waktu tunggu kontainer atau dwelling time di Tanjung Priok dari tahun sebelumnya.
Dalam laporan itu, total waktu tunggu pada laporan itu mencapai 7,73 hari. Artinya, rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh peti kemas mulai dari kegiatan bongkar muat sampai keluar dari gate terminal atau tempat penimbunan sementara (TPS) hingga Agustus 2013 mencapai 7,73 hari atau lebih tinggi 1,75 hari dibandingkan dengan rata-rata 2012 yaitu 5,98 hari.
Benny mengklaim pemaksimalkan CDP bisa mengurangi dwelling time di Pelabuhan Tanjung Priok hingga 2,8 hari.
Namun, dia menyatakan pemaksimalan tersebut masih terlampau jauh dari realisasi yang ada saat ini.
CDP sebagai pelabuhan darat yang beroperasi sejak 2010 hingga kini hanya mampu memaksimalkan lahan sekitar 23 hektare dari luas lahan 200 hektare yang diperuntukan bagi manajemen logistik dengan intermodal terpadu.
Dari catatan Bisnis, kini tidak kurang dari 200 pelaku jasa logistik mengalihkan aktivitasnya ke CDP. Realisasi kapasitas dari lahan yang terbangun, paparnya, baru mencapai 60%, sedangkan dengan luas lahan yang ada mampu menampung kontainer dengan kapasitas 400.000 TEUs.
“Kami juga telah membangun mekanisme custom cleaeance terpadu, sudah ada BC (Bea dan Cukai) dan Karantina,” tuturnya.
Sumber Tulisan : Bisnis Indonesia, Selasa 20 Mei 2014
Foto : http://statik.tempo.co |