11 Mei 2024
Home
×
Login Area
Tentang LKK
Struktur Organisasi
Keanggotaan
Program & Layanan
Agenda Kegiatan
HS CODE & Tarif Pabean
Peta Logistik
Tips
Peraturan Pemerintah
×
User ID/Email

Password

Register    Forgot Password
×
Operator/Agency/vessel name/voyage
Jadwal Kapal
Port Asal :
Port Tujuan :
 
×

PENDAFTARAN
No KADIN
Perusahaan*
Alamat *
 
*
Kode Pos
Telepon *
HP/Seluler
Fax
Email
Website
Pimpinan
Jabatan
Personal Kontak
Bidang Usaha
Produk/Jasa *
Merek
ISIAN DATA KEANGGOTAAN ONLINE**)
Email
Nama lengkap
Password
Retype Password
Code ==> Verify

*) Wajib diisi
**) Diisi jika menghendaki keanggotaan Online.

×

Reset Password!

*)


*) Alamat email sesuai dengan yang tercantum di profil Account.
×

 
LKK KADIN DKI JAKARTA
FREE CONSULTATION, REGISTER NOW !
Supported by
KADIN DKI JAKARTA
 

Bawang merah India rusak pasar lokal? - 20 Dec 2012

Impor bawang merah asal India menurunkan harga bawang produksi lokal serta merugikan para petani bawang merah, termasuk petani di Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon.

"Barang merah dari India yang merusak harga pasaran," ujar Ketua Umum Dewan Bawang Merah Nasional, Sunarto Atmo Taryono, saat dihubungi Tribun di Cirebon, Rabu (19/12).

Menurut Sunarto, di Indonesia, harga bawang merah dari India lebih murah daripada harga bawang merah lokal dan bawang merah impor dari negara lain seperti Thailand dan Vietnam.

Sunarto menyebutkan bawang merah asal India itu dipasarkan dengan label Rp 4.000-5.000 per kilogram. Hal itu memengaruhi harga bawang lokal yang pada akhir November lalu masih berkisar Rp 10.000 tiap kilogram. "Sekarang harganya (bawang merah) berkisar Rp 5.000-6.000. Harga tertinggi itu untuk kualitas super," katanya.

Dia mengakui harga bawang merah di luar Jawa masih sekitar Rp 10.000 per kilogram. Namun, ujarnya, harga yang tinggi itu terutama karena ditambah biaya transportasi pengiriman bawang merah. Sejak Desember 2012, kata Sunarto, Dewan Bawang Merah Nasional mencatat sekitar 6.500 ton bawang asal India masuk ke pasar Indonesia.

 

Menurutnya, pada saat yang sama, petani mulai memanen bawang merah. Bahkan, hingga puncak masa panen bawang merah, produksi petani mampu memenuhi kebutuhan nasional 1,2 juta hingga 1,3 juta ton per tahun. "Selain itu, bawang merah dari India merupakan barang reject untuk diekspor ke Timur Tengah dan Amerika," ujarnya.

Ia menyebutkan pemerintah India menyubsidi ekspor bawang merah itu ke Indonesia sehingga petani bawang di Negeri Bolywood tidak merugi. Di sisi lain, lanjutnya, tak mungkin untuk menghapus impor bawang merah dari India lantaran negeri itu pun menjadi tujuan utama penjualan crude palm oil (CPO) alias minyak sawit Indonesia.

Namun, katanya, Dewan Bawang Merah Nasional berusaha mendekati pemerintah agar mengurangi jumlah impor bawang merah asal India itu. "Kami mengusulkan pembatasan jumlah impor itu melalui spesifikasinya," ujar Sunarto.

Dewan Bawang Merah Nasional akan menyusulkan hanya bawang merah dengan 70-80 siung dalam tiap kilogram yang boleh masuk ke Indonesia.

Hal itu, menurutnya, berarti meminta India mengirimkan bawang merah ke Indonesia sama seperti yang negara itu kirimkan ke negara-negara di Timur Tengah dan Amerika yang nota bene lebih mahal harganya. Efek lain dari usul itu, bawang merah asal India yang di bawah spesifikasi itu dijual dengan harga murah.

"Misalnya, harganya Rp 2.000 per kilogram. Otomatis India mengurangi ekspor karena biaya ekspornya lebih besar dan mereka rugi," katanya.

Ia mengharapkan dengan cara itu, harga bawang merah di tingkat petani naik berkisar Rp 6.000-7.000 per kilogram. Di Jabar, sentra komoditas bawang merah ada di Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan dan Kabupaten Bandung. (tribunnews.com)