Importir hortikultura merugi Rp4,5 miliar per hari - 03 Jan 2013
Importir hortikultura mengklaim mengalami kerugian total Rp4,5 miliar per hari atau Rp22,5 miliar dalam 5 hari kerja lantaran lamanya proses karantina dan ketidakmampuan pelabuhan Tanjung Perak dalam menyediakan titik colok. Wakil Ketua Gabungan Importir Hasil Bumi Indonesia (Gisimindo) Bob Budiman mengungkapkan 50% dari kapal yang membawa komoditas impor hortikultura menuju pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, akhirnya dilempar ke pelabuhan lain, terutama pelabuhan di Singapura. Menurutnya hal tersebut sudah terjadi dalam 1 minggu--2 minggu terakhir. Kapalnya return on board, terutama dilempar ke Singapura. Surabaya hanya punya 400 titik colok di pelabuhan, dan hanya punya dua mitra yang masing-masing hanya bisa menampung 50. "Jadi total hanya ada 500 titik colok untuk kargo atau kontainer berpendingin," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (3/1/2013). Padahal, lanjut Bob, dalam satu hari pelabuhan Tanjung Perak menerima 200 kontener berpendingin dengan produk hortikultura, belum lagi kargo berpendingin yang mengangkut produk lain seperti ikan dan es krim. Persoalannya adalah 99% produk hortikultura tersebut harus melewati uji laboratorium selama 5 hari untuk menentukan ambang batas kandungan bakteri dan unsur kimiawi. Sementara pelabuhan juga hanya beroperasi penuh selama Senin hingga Jumat, dan beroperasi setengah hari pada Sabtu.
Dengan demikian, setiap pekannya ada antrian 1.000 kontener yang membutuhkan titik colok bagi mesin pendinginnya. "Jadi ada minus 500 titik colok. Kalau kita hitung satu malam saja habis Rp1,5 juta, artinya total sehari Rp4,5 miliar, atau selama 5 hari mencapai Rp22,5 milar dari seluruh importasi produk hortikultura," terangnya.(bisnis.com) |