ADDI minta tambahan 80 ribu ton daging sapi tahun ini - 08 Jan 2013 Ketua Asosiasi Distributor Daging Indonesia (ADDI) Suharjito mengungkapkan, perlu tambahan daging sapi sebanyak 80 ribu ton untuk menekan harga yang semakin tinggi. PASOKAN DARI JATIM Jawa Timur tahun ini menyiapkan 157.000 sapi potong untuk didistribusikan ke sejumlah daerah di Indonesia. Kepala Dinas Peternakan Jatim Maskur mengungkapkan pihaknya siap meningkatkan populasi ternak sapi potong guna menyuplai kebutuhan provinsi di luar Jatim. Pertumbuhan produksi diharapkan naik 5% tahun ini. Peningkatan produksi sapi potong Jatim diharapkan berkontribusi merealisasikan swasembada sapi potong pada 2014 mendatang. Menurut Maskur, salah satu program yang tengah dikebut yakni memperbanyak populasi ternak sapi potong dengan cara mempercepat proses perkawinan. Dinas Peternakan Jatim akan mengoptimalkan pola pengawinan sperma tunggal dengan 10.000 ekor sapi.
“Kami siap memasok kebutuhan Jawa Barat, Banten, Jakarta, dan provinsi lainnya. Kontribusi suplai sapi potong Jatim sekitar 14,5% dari kebutuhan nasional,” ungkapnya kepada JIBI/Bisnis Senin (7/1/2013). Menurut Maskur, Sentra produksi terbesar berada di Kabupaten Sumenep dengan populasi sekitar 296.000 ekor. Dinas Peternakan Jatim berharap populasi ternak sapi potong terus meningkat terutama di sejumlah sentra produksi seperti Tuban, Lamongan, Gresik, Banyuwangi, Bangkalan, dan Sampang. Kesiapan pasokan sapi potong lokal memang cukup strategis menjawab kegelisahan terkait pemangkasan kuota impor daging menjadi 80.000 ton tahun ini. Kenaikan harga daging yang belakangan cukup tinggi merupakan refleksi dari minimnya pasokan sapi lokal. Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Importir Daging Sapi Indonesia (Aspidi) Thomas Sembiring meragukan pasokan sapi lokal akan cukup memenuhi kebutuhan nasional, mengingat Jatim telah membatasi pengeluaran ternak dengan bobot di bawah 400 kg. Dia juga menilai perkiraan pertumbuhan populasi sapi nasional sebesar 5% per tahun tetap tak sebanding dengan porsi impor yang ditetapkan pemerintah sebesar 13% dari kebutuhan daging pada 2013. “Seharusnya kuota impor tahun ini bisa lebih tinggi. Apalagi konsumsi daging bisa mencapai 2,2 kg per tahun,” tegasnya. Dia mencatat impor tahun ini sedikitnya perlu mencapai 60.000 ton untuk daging beku saja. Hal itu sejalan dengan usulan Aspidi yang meminta agar pemangkasan impor daging beku dilakukan bertahap dari 100.000 ton pada 2011 menjadi 80.000 ton pada 2012 dan 60.000 ton pada 2013. TERMAHAL DI ASEAN Harga rata-rata daging sapi di Indonesia saat ini mencapai Rp 85 ribu-Rp 90 ribu/kg. Ini tergolong paling mahal di ASEAN. Karena itu Komite Daging Sapi (KDS) meminta Pemerintah menetapkan Harga Patokan Pasar (HPP) untuk komoditas daging. Tindakan ini diambil oleh KDS karena melonjaknya harga daging yang tidak terkendali belakangan ini.
Untuk mencegah terjadi kelangkaan lagi, KDS resmi mengajukan usulan 85.000 ton kebutuhan daging beku impor di tahun 2013 ke Kementerian Perdagangan. Jumlah ini jauh lebih besar dari usulan yang telah disepakati pemerintah yang hanya 80.000 ton. Pengusaha Rumah Potong Hewan (RPH) ikut merasakan dampak riuhnya pro kontra tata niaga sapi sejak tahun lalu. Selama 2012, realisasi sapi yang dipotong di RPH se-Jabodetabek hanya 70% dari kebutuhan sebanyak 900.000 ekor. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pemotongan Hewan Indonesia (APPHI) Abud Hadiyanto mengatakan, tersendatnya pasokan sapi potong yang masuk ke Jabodetabek mengakibatkan harga daging sapi melonjak. "Idealnya harga daging sapi karkas di kisaran Rp 60.000 per kilogram (kg)," kata Abud di Jakarta, Senin (7/13). Saat ini, harga daging karkas Rp 68.000 hingga Rp 70.000 per kg. Kebutuhan sapi potong di Jabodetabek meningkat saban tahun. Pada 2011, misalnya, kebutuhan sapi sebanyak 770.000 ekor, kemudian di 2012 sebanyak 900.000 ekor dan tahun ini diproyeksikan mencapai 1,095 juta ekor. Menyusutnya suplai sapi ke Jabodetabek terlihat di salah satu RPH terbesar, yakni Dharma Jaya Cakung, Jakarta Timur. Dharma Jaya kini hanya mampu memotong sapi kurang dari 30 ekor per hari. Padahal sebelumnya masih dapat memotong hingga 200 ekor sapi per hari. Para pelaku usaha di sektor daging sapi melakukan pertemuan pada 20 Desember 2012 dan membentuk wadah bernama Komunike Ampera. Beberapa asosiasi yang terlibat dalam pertemuan itu antara lain Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI), Asosiasi Pedagang Daging Se-Jabodetabek (APDS), Asosiasi Pengusaha Protein Hewani Indonesia (APPHI), Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (Aspidi), Asosiasi Produsen Daging dan Feedloter Indonesia (Apfindo), Komite Daging Sapi Jakarta Raya (KDS), dan Asosiasi Pengusaha Pemotongan Hewan Indonesia (APPHI). Komunike Ampera melayangkan surat kepada Presiden, Menteri Perekonomian, Menteri Perdagangan, Menteri Pertanian dan Komisi IV DPR. Isinya, asosiasi memberikan waktu kepada pihak terkait untuk menstabilkan harga daging sapi hingga 14 Januari 2013. Bila harga daging sapi masih tinggi, maka pelaku usaha akan menggelar aksi demonstrasi dan mogok berdagang. "Usaha kita juga berdampak, karena tak ada yang memotong sapi," kata Abud. Demi memecahkan persoalan daging sapi, kemarin, pelaku usaha bertemu Kementerian Perdagangan. Selain menuntut tambahan kuota impor daging sapi menjadi 85.000 ton di 2013, pelaku usaha ingin pemerintah menetapkan harga patokan pasar daging sapi. Usulannya adalah Rp 70.000 per kg hingga Rp 75.000 per kg. "Kami ingin Kemdag intervensi persoalan ini," ujar Sarman Simanjorang, Ketua KDS Jakarta. Stok sapi bakalan di fasilitas penggemukan sapi (feedlot) pada Januari 2013 tinggal 23.000 ekor, menyusut 54% daripada periode sama 2012. |