3 Mei 2024
Home
×
Login Area
Tentang LKK
Struktur Organisasi
Keanggotaan
Program & Layanan
Agenda Kegiatan
HS CODE & Tarif Pabean
Peta Logistik
Tips
Peraturan Pemerintah
×
User ID/Email

Password

Register    Forgot Password
×
Operator/Agency/vessel name/voyage
Jadwal Kapal
Port Asal :
Port Tujuan :
 
×

PENDAFTARAN
No KADIN
Perusahaan*
Alamat *
 
*
Kode Pos
Telepon *
HP/Seluler
Fax
Email
Website
Pimpinan
Jabatan
Personal Kontak
Bidang Usaha
Produk/Jasa *
Merek
ISIAN DATA KEANGGOTAAN ONLINE**)
Email
Nama lengkap
Password
Retype Password
Code ==> Verify

*) Wajib diisi
**) Diisi jika menghendaki keanggotaan Online.

×

Reset Password!

*)


*) Alamat email sesuai dengan yang tercantum di profil Account.
×

 
LKK KADIN DKI JAKARTA
FREE CONSULTATION, REGISTER NOW !
Supported by
KADIN DKI JAKARTA
 

ADDI minta tambahan 80 ribu ton daging sapi tahun ini - 08 Jan 2013

Ketua Asosiasi Distributor Daging Indonesia (ADDI) Suharjito mengungkapkan, perlu tambahan daging sapi sebanyak 80 ribu ton untuk menekan harga yang semakin tinggi.

"Mau impor atau tidak terserah pemerintah, tapi kalau pasokan daging lokal tidak ada, mau gak mau harus diimpor," kata Suharjito saat dihubungi INILAH.COM Jakarta, Selasa (8/1/2013).

Menurut dia, keputusan pemerintah yang membuka kran impor daging sapi dan sapi hidup sebanyak 80 ribu ton, belum cukup. "Harusnya 80 ribu itu untuk daging saja," ucapnya.

Harga daging sapi, kata Suharjito, saat ini Rp90 ribu sampai Rp95 ribu per kilo gram. Untuk level tersebut masih sangat tinggi dan tidak bisa dinikmati semua masyarakat.

"Harga tinggi juga buat pedagang merugi, seharusnya harga daging itu 60 ribu (per kilo gram). Jadi pemerintah harus mengatur harga yang layak," tutur Suharjito.

PASOKAN DARI JATIM

Jawa Timur tahun ini menyiapkan 157.000 sapi potong untuk didistribusikan ke sejumlah daerah di Indonesia.

Kepala Dinas Peternakan Jatim Maskur mengungkapkan pihaknya siap meningkatkan populasi ternak sapi potong guna menyuplai kebutuhan provinsi di luar Jatim. Pertumbuhan produksi diharapkan naik 5% tahun ini. Peningkatan produksi sapi potong Jatim diharapkan berkontribusi merealisasikan swasembada sapi potong pada 2014 mendatang.

Menurut Maskur, salah satu program yang tengah dikebut yakni memperbanyak populasi ternak sapi potong dengan cara mempercepat proses perkawinan. Dinas Peternakan Jatim akan mengoptimalkan pola pengawinan sperma tunggal dengan 10.000 ekor sapi.

 

“Kami siap memasok kebutuhan Jawa Barat, Banten, Jakarta, dan provinsi lainnya. Kontribusi suplai sapi potong Jatim sekitar 14,5% dari kebutuhan nasional,” ungkapnya kepada JIBI/Bisnis Senin (7/1/2013).

Menurut Maskur, Sentra produksi terbesar berada di Kabupaten Sumenep dengan populasi sekitar 296.000 ekor. Dinas Peternakan Jatim berharap populasi ternak sapi potong terus meningkat terutama di sejumlah sentra produksi seperti Tuban, Lamongan, Gresik, Banyuwangi, Bangkalan, dan Sampang.

Kesiapan pasokan sapi potong lokal memang cukup strategis menjawab kegelisahan terkait pemangkasan kuota impor daging menjadi 80.000 ton tahun ini. Kenaikan harga daging yang belakangan cukup tinggi merupakan refleksi dari minimnya pasokan sapi lokal.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Importir Daging Sapi Indonesia (Aspidi) Thomas Sembiring meragukan pasokan sapi lokal akan cukup memenuhi kebutuhan nasional, mengingat Jatim telah membatasi pengeluaran ternak dengan bobot di bawah 400 kg.

Dia juga menilai perkiraan pertumbuhan populasi sapi nasional sebesar 5% per tahun tetap tak sebanding dengan porsi impor yang ditetapkan pemerintah sebesar 13% dari kebutuhan daging pada 2013.

“Seharusnya kuota impor tahun ini bisa lebih tinggi. Apalagi konsumsi daging bisa mencapai 2,2 kg per tahun,” tegasnya.

Dia mencatat impor tahun ini sedikitnya perlu mencapai 60.000 ton untuk daging beku saja. Hal itu sejalan dengan usulan Aspidi yang meminta agar pemangkasan impor daging beku dilakukan bertahap dari 100.000 ton pada 2011 menjadi 80.000 ton pada 2012 dan 60.000 ton pada 2013.

TERMAHAL DI ASEAN

Harga rata-rata daging sapi di Indonesia saat ini mencapai Rp 85 ribu-Rp 90 ribu/kg. Ini tergolong paling mahal di ASEAN. Karena itu Komite Daging Sapi (KDS) meminta Pemerintah menetapkan Harga Patokan Pasar (HPP) untuk komoditas daging. Tindakan ini diambil oleh KDS karena melonjaknya harga daging yang tidak terkendali belakangan ini.

"Responsnya baik dari para pelaku usaha dan sangat urgen. Mereka menetapkan HPP daging rata-rata Rp 70ribu-75 ribu/kg. Tetapi masalah harga patokan ini sedang dibicarakan oleh Bachrul (Plt Dirjen Perdagangan Luar Negeri) hingga mencapai titik ideal," ujar Ketua Umum Komite Daging Sapi Jakarta Raya Sarman Simanjorang saat ditemui di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin (7/1).

Bahkan menurut Sarman kenaikan harga rata-rata emas kalah jika dibandingkan dengan kenaikan harga daging sapi.  "Harganya lebih tinggi bila dibandingkan dengan kenaikan harga emas. Harga daging sapi sebagai patokan kita lihat harga standar daging antara Rp 65-70 ribu/kg. Saat ini harga sudah mencapai Rp 90-95 ribu/kg," kata Sarman.

Sarman menekankan bahwa penetapan HPP ini merupakan langkah terbaik. Bahkan langkahnya mendapatkan persetujuan dari asosiasi lain. KDS dan 10 Asosiasi lainnya seperti Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, Asosiasi Pengusaha Pemotongan Hewan Indonesia, Asosiasi Pedagang Mie dan Bakso dan Rumah Pemotongan Hewan Dharmajaya bertemu dengan Plt Dirjen Perdagangan Luar Negeri Bachrul Chairi di Kantor Kementerian Perdagangan Jakarta membahas persoalan daging Senin (7/1).

"Sekarang harga daging seperti hutan rimba dan kita (Indonesia) tertinggi di ASEAN. Harga daging seperti di Malaysia, Singapura, Laos, Vietnam, dan Filipina hanya Rp 33-35 ribu," kata Sarman.

Sarman mengatakan, harga normal daging rata-rata Indonesia seharusnya Rp 65.000-75.000/kg. Artinya dengan harga itu, para pelaku usaha termasuk pedagang bakso yang menggunakan daging sebagai bahan baku dan masih bisa mentolerir. "Harga daging tahun 2012 sudah melebihi kisaran harga di 2009 dan yang wajar itu Rp 70.000/kg. Yang menjadi acuan itu pedagang bakso jika harga naik dan bahan baku lainnya juga mahal jelas mereka tidak bisa bekerja," imbuhnya.

Selama ini, menurut Sarman, pemerintah tidak mengerti melihat kondisi yang terjadi. Sarman berharap pemerintah (Kementerian Perdagangan) memfungsikan tugasnya sebagai peredam harga pasar agar gejolak kenaikan harga daging tidak akan berlanjut di 2013.

"Serahkan semua ini ke pasar karena pasar itu tidak pernah bohong dan jangan percaya pada data Kementerian Pertanian. Supaya Kemendag memfungsikan tugas sebagai peredam harga di pasaran. Tahun 2012 ada 3 kali gejolak harga daging di pasaran. Di 2013 jangan sampai terjadi lagi," cetus Sarman.

Selama ini untuk pasokan daging sapi impor, Indonesia hanya mendatangkan dari dua negara yaitu Australia dan Selandia Baru. Selain lebih dekat, hal ini terkait dengan kebijakan country based atau mengimpor sapi berbasis keamanan kesehatan di satu negara bukan berbasis zona atau zone based. Sarman menjelaskan alasan produk daging sapi India dan Brazil tidak bisa masuk ke Indonesia. Kedua negara itu belum bebas dari Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), meskipun ada beberapa zona di bagian wilayah itu yang dinyatakan aman.

"Kita menganut country based jadi hanya sapi dan daging asal Australia dan Selandia Baru yang bisa masuk secara resmi ke Indonesia," ungkap Sarman.

Selain itu Sarman menuturkan dalam kurun waktu 2009-2010 ada penolakan dari dokter hewan Indonesia dan pengajuan judicial review untuk menolak menetapkan zona based. Negara Brazil dan India masuk dalam zone based. Kementerian Pertanian mendorong dilakukannya revisi Undang-Undang No.18/2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan menerapkan sistem impor sapi berdasarkan basis negara (country based).

Kuota 85 Ribu Ton

 

Untuk mencegah terjadi kelangkaan lagi,  KDS resmi mengajukan usulan 85.000 ton kebutuhan daging beku impor di tahun 2013 ke Kementerian Perdagangan. Jumlah ini jauh lebih besar dari usulan yang telah disepakati pemerintah yang hanya 80.000 ton.

Menurut Sarman kebutuhan daging sapi impor sebanyak 85.000 ton dialokasikan untuk industri non nampak sebesar 4.350 ton, ritel sekitar 10.200 ton (menengah ke atas dan ekspatriat), industri Nampa 17.000 ton, sektor horeka (Hotel, Restoran, katering) 17.000 ton, kemudian untuk UKM bakso, sate, burger, sosis dan warung padang sebanyak 36.550 ton.

Sarman menambahkan industri UKM ini yang paling besar jumlah permintaan terhadap daging. "Ini (UKM) pangsa paling besar dan di Jakarta ada sekitar 17.000 tukang bakso," imbuhnya.

RPH TERTEKAN

Pengusaha Rumah Potong Hewan (RPH) ikut merasakan dampak riuhnya pro kontra tata niaga sapi sejak tahun lalu. Selama 2012, realisasi sapi yang dipotong di RPH se-Jabodetabek hanya 70% dari kebutuhan sebanyak 900.000 ekor.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pemotongan Hewan Indonesia (APPHI) Abud Hadiyanto mengatakan, tersendatnya pasokan sapi potong yang masuk ke Jabodetabek mengakibatkan harga daging sapi melonjak.

"Idealnya harga daging sapi karkas di kisaran Rp 60.000 per kilogram (kg)," kata Abud di Jakarta, Senin (7/13). Saat ini, harga daging karkas Rp 68.000 hingga Rp 70.000 per kg.

Kebutuhan sapi potong di Jabodetabek meningkat saban tahun. Pada 2011, misalnya, kebutuhan sapi sebanyak 770.000 ekor, kemudian di 2012 sebanyak 900.000 ekor dan tahun ini diproyeksikan mencapai 1,095 juta ekor.

Menyusutnya suplai sapi ke Jabodetabek terlihat di salah satu RPH terbesar, yakni Dharma Jaya Cakung, Jakarta Timur. Dharma Jaya kini hanya mampu memotong sapi kurang dari 30 ekor per hari. Padahal sebelumnya masih dapat memotong hingga 200 ekor sapi per hari.

Para pelaku usaha di sektor daging sapi melakukan pertemuan pada 20 Desember 2012 dan membentuk wadah bernama Komunike Ampera.

Beberapa asosiasi yang terlibat dalam pertemuan itu antara lain Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI), Asosiasi Pedagang Daging Se-Jabodetabek (APDS), Asosiasi Pengusaha Protein Hewani Indonesia (APPHI), Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (Aspidi), Asosiasi Produsen Daging dan Feedloter Indonesia (Apfindo), Komite Daging Sapi Jakarta Raya (KDS), dan Asosiasi Pengusaha Pemotongan Hewan Indonesia (APPHI).

Komunike Ampera melayangkan surat kepada Presiden, Menteri Perekonomian, Menteri Perdagangan, Menteri Pertanian dan Komisi IV DPR. Isinya, asosiasi memberikan waktu kepada pihak terkait untuk menstabilkan harga daging sapi hingga 14 Januari 2013.

Bila harga daging sapi masih tinggi, maka pelaku usaha akan menggelar aksi demonstrasi dan mogok berdagang.

"Usaha kita juga berdampak, karena tak ada yang memotong sapi," kata Abud.

Demi memecahkan persoalan daging sapi, kemarin, pelaku usaha bertemu Kementerian Perdagangan. Selain menuntut tambahan kuota impor daging sapi menjadi 85.000 ton di 2013, pelaku usaha ingin pemerintah menetapkan harga patokan pasar daging sapi. Usulannya adalah Rp 70.000 per kg hingga Rp 75.000 per kg.

"Kami ingin Kemdag intervensi persoalan ini," ujar Sarman Simanjorang, Ketua KDS Jakarta.

Stok sapi bakalan di fasilitas penggemukan sapi (feedlot) pada Januari 2013 tinggal 23.000 ekor, menyusut 54% daripada periode sama 2012.

Sumber: Surabaya Post Online/inilah.com/solopos.com/kontan.co.id