29 Mar 2024
Home
×
Login Area
Tentang LKK
Struktur Organisasi
Keanggotaan
Program & Layanan
Agenda Kegiatan
HS CODE & Tarif Pabean
Peta Logistik
Tips
Peraturan Pemerintah
×
User ID/Email

Password

Register    Forgot Password
×
Operator/Agency/vessel name/voyage
Jadwal Kapal
Port Asal :
Port Tujuan :
 
×

PENDAFTARAN
No KADIN
Perusahaan*
Alamat *
 
*
Kode Pos
Telepon *
HP/Seluler
Fax
Email
Website
Pimpinan
Jabatan
Personal Kontak
Bidang Usaha
Produk/Jasa *
Merek
ISIAN DATA KEANGGOTAAN ONLINE**)
Email
Nama lengkap
Password
Retype Password
Code ==> Verify

*) Wajib diisi
**) Diisi jika menghendaki keanggotaan Online.

×

Reset Password!

*)


*) Alamat email sesuai dengan yang tercantum di profil Account.
×

 
LKK KADIN DKI JAKARTA
FREE CONSULTATION, REGISTER NOW !
Supported by
KADIN DKI JAKARTA
 

Rupiah loyo, importir tertekan - 17 Jan 2013

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah. Pada sesi perdagangan Senin (14/1) pagi, rupiah tercatat melemah mencapai Rp 9.878 per dolar AS, bahkan sempat menembus level tertinggi di posisi Rp 9.880 per dolar AS, meski tak lama kemudian, rupiah kembali menguat di posisi Rp 9.660 per dolar AS.

Depresiasi rupiah terjadi akibat memburuknya kondisi perekonomian global, khususnya di kawasan Eropa, yang berdampak pada penurunan arus masuk portfolio asing ke Indonesia.

Sedangkan dari sisi domestik, tekanan rupiah berasal dari tingginya permintaan valuta asing (valas) untuk keperluan impor di tengah perlambatan kinerja ekspor. Kondisi ini menambah kekhawatiran bahwa defisit neraca perdagangan Indonesia bakal melebar mencapai rekor.

Pengamat ekonomi dari Universitas Negeri Medan, M Ishak, mengatakan, pelemahan rupiah tidak saja terjadi terhadap dolar, tetapi terhadap banyak currency lain seperti Malaysia.

“Kepercayaan pihak luar dan pelaku usaha dalam negeri sendiri terhadap rupiah masih kecil.

Hal ini yang membuat rupiah kian loyo. Kalau kondisi ini tidak segera ditangani, akan menambah beban bagi pelaku usaha terutama pengusaha-pengusaha yang banyak berhubungan dengan pihak asing dalam hal impor,” katanya, Senin (14/1).

Hingga kini, tambahnya, masih banyak produk yang dihasilkan oleh pengusaha lokal yang membutuhkan bahan baku impor. Melemahnya rupiah akan menambah beban atau ongkos produksi mereka yang akhirnya akan meningkatkan harga satuan produk hingga bisa berakibat melemahkan daya saing produk di pasaran.

DILARANG

Menteri BUMN Dahlan Iskan menginstruksikan PT Pertamina dan PLN agar tidak membeli dollar AS di pasar uang untuk kebutuhan dollar AS mereka. Hal itu sesuai kesepakatan antara Menteri BUMN dengan Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution dalam rangka penguatan kurs rupiah.

Dahlan mengatakan, selama ini Pertamina mempercayakan pengadaan dollar AS-nya kepada tiga bank BUMN (Bank Mandiri, BRI, dan BNI). Imbasnya bank-bank tersebut lantas mencari dollar AS di pasar uang. Aksi borong dollar AS BUMN di pasar membuat dollar AS terus menguat dan menyebabkan nilai tukar rupiah anjlok.

Selanjutnya, sesuai dengan kesepakatan Menteri BUMN dan Gubernur BI, tiga bank tersebut tidak akan mencari dollar AS untuk Pertamina dan PLN di pasar uang. "Nantinya BI yang akan menyediakan dollar AS untuk tiga bank tersebut bagi keperluan Pertamina dan PLN," kata Dahlan, di Jakarta, Rabu (16/1/2013).

Menurut Dahlan, Pertamina memang memerlukan dollar AS sangat besar, mencapai sepertiga kebutuhan dollar AS nasional, untuk biaya impor bahan bakar minyak (BBM) yang pemakaiannya terus meningkat.

"Pengendalian pemakaian BBM akan mengurangi tekanan kebutuhan dollar AS Pertamina," katanya.

Dahlan menjelaskan, besarnya pemakaian BBM di samping membengkakkan subsidi dari APBN juga memberi tekanan pada rupiah. Kesepakatan baru antara Menteri BUMN dan Gubernur BI diharapkan membuat tenang pasar dollar AS. "Pertaminta tinggal mengajukan berapa dollar AS yang diperlukan melalui tiga bank tersebut, BI yang menyediakan," kata Dahlan. (kompas.com/tubasmedia.com)