Pembatasan importir tak mendorong kartel - 04 Mar 2013 Kementerian Pertanian membantah pengaturan pembatasan impor mendorong terjadi kegiatan kartel perdagangan sapi. "Pengawasan dan pengetatan pintu masuk sudah dilakukan di setiap pelabuhan pintu masuk melalui badan karantina pertanian," ujar Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian Haryono, Minggu (3/3/2013). Saat ini Kementerian Pertanian masih mempelajari apakah peraturan pembatasan bisa mencegah terjadinya tindakan ilegal. "Kami sedang pelajari aturannya seperti apa. Kesempurnaan akan tercapai secara bertahap," jelas Haryono. Dalam penjelasannya Haryono mengatakan kalau peraturan pembatasan produk impor sudah dilakukan di berbagai negara. Haryono menjelaskan kalau pembatasan tersebut bukan berarti melarang adanya impor. "Pemerintah bukan membatasi atau melarang masuknya produk dari negara lain. Ini hanyalah pengaturan dan normal dilakukan oleh setiap negara," ungkap Haryono. Sementara, data yang da di Dinas Peternakan dan Perikanan, (Disnakan) Kabupaten Bogor, hingga akhir tahun 2012, tingkat konsumsi protein hewani, baru mencapai 5,16 gram per kapita perhari, atau 7,5 ton perkapita perhari. Jumlah tersbut masih jauh di bawah target konsumsi daging nasional, yakni 7,5 gram perkapita perhari. Sementara, sejak adanya pembatasan kuota sapi impor, terjadi kenaikan harga yang tidak lagi terjangkau oleh sebagian besar masyarakat. Akibatnya, tingkat konsumsi daging sapi warga Kabupaten Bogor, semakin anjlok. Menurut Trisno-sapaannya-, pihaknya hanya mengimbau warga untuk meningkatkan konsumsi daging dan berupaya menjaga ketersediaan pasokan. Tingkat produksi daging dari 3 rumah potong hewan (RPH) milik Pemerintah di Kabupaten Bogor, mencapai 90-120 ekor perhari. Sebagian daging tersebut, didistribusikan ke sejumlah pasar di wilayah Jabodetabek. “Tapi di tiap RPH, kami tekankan untuk memenuhi kebutuhan warga Kabupaten Bogor terlebih dahulu. Karena itu, pasokan daging mencukupi,” katanya. Rizki Darmawan, pedagang sapi di pasar Cibinong mengatakan, tingkat penjualan turun hingga 50 persen, dari kondisi normal. “Bahkan beberapa pedagang terpaksa berhenti berjualan, menunggu harga daging stabil,” katanya. |