18 Apr 2024
Home
×
Login Area
Tentang LKK
Struktur Organisasi
Keanggotaan
Program & Layanan
Agenda Kegiatan
HS CODE & Tarif Pabean
Peta Logistik
Tips
Peraturan Pemerintah
×
User ID/Email

Password

Register    Forgot Password
×
Operator/Agency/vessel name/voyage
Jadwal Kapal
Port Asal :
Port Tujuan :
 
×

PENDAFTARAN
No KADIN
Perusahaan*
Alamat *
 
*
Kode Pos
Telepon *
HP/Seluler
Fax
Email
Website
Pimpinan
Jabatan
Personal Kontak
Bidang Usaha
Produk/Jasa *
Merek
ISIAN DATA KEANGGOTAAN ONLINE**)
Email
Nama lengkap
Password
Retype Password
Code ==> Verify

*) Wajib diisi
**) Diisi jika menghendaki keanggotaan Online.

×

Reset Password!

*)


*) Alamat email sesuai dengan yang tercantum di profil Account.
×

 
LKK KADIN DKI JAKARTA
FREE CONSULTATION, REGISTER NOW !
Supported by
KADIN DKI JAKARTA
 

Pebisnis Keluhkan Layanan Impor di Priok - 09 Apr 2020

Pebisnis di pelabuhan Tanjung Priok mengharapkan perlunya komitmen bersama stakeholder untuk lebih cepat memperbaiki kondisi melesunya aktivitas ekspor impor, akibat pandemi virus Corona (Covid-19) di Indonesia saat ini.

"Kita perlu ingatkan juga agar operator pelabuhan, para pejabat dan pelaksana kebijakan pemerintah di pelabuhan Priok harus tetap bisa melayani kebutuhan pelaku usaha, termasuk importasi jika ingin membantu kegiatan usaha berjalan lancar dalam kondisi sekarang ini," ujar Ketua Umum BPP Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (BPP) GINSI, Capt Subandi melalui keterangan pers-nya, pada Rabu (8/4/2020).

Dia mengungkapkan, ditengah penanganan pandemi Covid-19 saat ini, pebisnis di Tanjung Priok justru kerepotan karena tidak sedikit yang terjadi dilapangan mereka (para SDM) pelabuhan dan instansi terkait yang seharusnya melayani langsung kepentingan pelaku usaha tidak bisa melayani optimal dengan alasan sedang menjalani kerja dari rumah atau work form home (WFH).

"Kalaupun WFH harusnya tetap bisa melayani seperti biasa atau bahkan harus lebih bisa mempercepat layanan karena sudah menggunakan sistem. Hanya saja ada sisi kelemahan apabila ternyata sistemnya lemot atau ada gangguan," tandasnya.

GINSI, imbuh Subandi, bahkan seringkali menerima pengaduan sejumlah kendala dan persoalan perusahaan importir anggotanya bahwa pelayanan yang menggunakan sistem IT saat diterapkannya WFH baik di pelayaran, depo, pelabuhan maupun di kepabeanan dan cukai pelabuhan Priok.

"Akibatnya tidak sedikit importir yang terkena klaim biaya kerusakan petikemas , tetapi hendak mengajukan keberatan tidak bisa terakomodir dengan alasan para petugasnya sedang WFH. Padahal pemilik barang tidak merasa merusakan petikemas dan bahkan ada catatan kalau kerusakan peti kemas terjadi sebelum petikemas diambil/diserahkan ke pemilik barang/importir," ucap Capt Subandi.

Dia mengatakan, pada area pelayanan custom juga harus tetap bisa tersedia layanan yang lebih baik dan maskimal dimasa seperti sekarang ini. Termasuk yang berkaitan dengan disiplin kerja pejabat pabean yang memeriksa dokumen

"Sebab meskipun sudah ada prosedur pengajuan dokumen by sistem tetap jika tidak ada kesamaan pemahaman bakal menyebabkan hambatan layanan," paparnya.

Subandi mengemukanan hal itu, lantaran ditengah kondisi saat ini masih ada pejabat di pabean Priok yang tetap meminta dokumen asli importasi /sertificate of original (COO) padahal di negara asal barang juga sedang mengalami pandemi Covid-19 yang mengakibatkan dokumen COO lambat terkirim dibandingkan barangnya itu sendiri.

"Padahal pihak pimpinan KPU Bea Cukai Priok sudah menjelaskan bahwa COO merupakan salah satu yang di relaksasi. Saya perlu sampaikan hal ini, sehingga jangan ada lagi pejabat lain di bawahnya yang justru berseberangan dengan kebijakan pimpinan Bea Cukai Priok," ujarnya.

Merosot

Sementara itu, PT Pelabuhan Indonesia II/IPC melaporkan arus peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok mengalami penurunan 4,2% pada kuartal pertama tahun ini.

Direktur Utama PT Pelabuhan Indoneia II (Persero)/IPC, Arif Suhartono, mengatakan, selama Januari - Maret 2020, jumlah peti kemas yang masuk ke Pelabuhan Tanjung Priok mencapai 1,569 ribu twenty foot equivalent units (TEUs).

Jumlah ini menunjukkan adanya penurunan 69 ribu TEUs dari 1,638 TEUs dibandingkan periode yang sama tahun kemarin, namun dibandingkan bulan sebelumnya tren arus peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok membaik.

"Dibandingkan tahun lalu, untuk bulan Februari penurunan arus peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok sebesar 5,13% sedangkan di bulan Maret penurunannya 4,2%. Memang masih menunjukkan ada penurunan tetapi persentasenya semakin mengecil," ujanya.

Arif mengatakan, tren tetsebut sejalan dengan informasi bahwa industri di China, kini mulai pulih dan berproduksi lagi.

Selama wabah COVID- 19, pengiriman barang ekspor dan impor ke China mengalami gangguan dan China merupakan kontributor utama arus peti kemas internasional di Pelabuhan Tanjung Priok.

"Sekarang, aktivitas ekonomi di sana mulai berangsur pulih. Saya harapkan kuartal ke depan trennya semakin membaik" kata Dirut IPC itu.

Sumber berita :