4 Mei 2024
Home
×
Login Area
Tentang LKK
Struktur Organisasi
Keanggotaan
Program & Layanan
Agenda Kegiatan
HS CODE & Tarif Pabean
Peta Logistik
Tips
Peraturan Pemerintah
×
User ID/Email

Password

Register    Forgot Password
×
Operator/Agency/vessel name/voyage
Jadwal Kapal
Port Asal :
Port Tujuan :
 
×

PENDAFTARAN
No KADIN
Perusahaan*
Alamat *
 
*
Kode Pos
Telepon *
HP/Seluler
Fax
Email
Website
Pimpinan
Jabatan
Personal Kontak
Bidang Usaha
Produk/Jasa *
Merek
ISIAN DATA KEANGGOTAAN ONLINE**)
Email
Nama lengkap
Password
Retype Password
Code ==> Verify

*) Wajib diisi
**) Diisi jika menghendaki keanggotaan Online.

×

Reset Password!

*)


*) Alamat email sesuai dengan yang tercantum di profil Account.
×

 
LKK KADIN DKI JAKARTA
FREE CONSULTATION, REGISTER NOW !
Supported by
KADIN DKI JAKARTA
 

Mari: Cina tak punya batik - 08 May 2013

Masih adanya angka impor batik Cina pada 3 bulan pertama 2013 sebesar Rp 43 miliar ditanggapi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu. Menurutnya Negeri Tiongkok tidak memproduksi batik dalam arti sebenarnya, yang ada hanyalah tekstil bermotif batik asal China.

"Saya belum tahu lihat angka pastinya, perlu dicek nanti. Jangan pakai kata-kata batik China. China tidak punya batik. Itu tekstil bercorak batik jadi bukan batik," kata dia dalam acara konferensi persnya, di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Selasa (7/5/2013).

Ia menjelaskan, tingginya angka impor tekstil bercorak batik dari China, harusnya menjadi dorongan untuk bisa lebih mempopulerkan batik asli buatan sendiri di dalam negeri. Selama ini definisi batik diartikan sebagai kain yang ditulis atau dicetak melalui proses pembatikan, bukan tekstil yang hanya diberi motif batik.

"Kita harus dorong semua orang untuk membeli batik buatan sendiri. Bilang ke pedagang-pedagangnya kalau batik kita lebih bagus," ujarnya mantan menteri perdagangan ini.

Mari menambahan, pemerintah tidak mungkin melarang masuknya produk impor ke dalam negeri, seperti tekstil bercorak batik asal China ini. Namun, untuk mengantisipasinya, maka batik asli dalam negeri harus punya kualitas dan daya saing yang lebih dari China.

"Kita tidak mungkin melarang atau menyetop barang itu masuk, kita bisa melawan dengan bersaing dari segi kualitas, desain, dan variasi yang banyak, sedikit lebih mahal tapi kualitas bagus," tegasnya.

'Batik' impor dari China yang dahulu marak dijual di Mal Thamrin City, Jakarta Pusat kini sulit dicari.

Pantauan detikFinance, banyak penjaga toko batik di mal tersebut mengaku tak menjual batik China. Padahal Februali lalu batik-batik China itu masih beredar di Mal Thamrin City, yang dikenal sebagai mal batik.

Seorang pedagang batik yang tak mau disebutkan namanya mengatakan, saat ini kebanyakan di Mal Thamrin City hanya menjual batik-batik buatan dalam negeri seperti batik Pekalongan, Garut, Solo, Madura, dan Cirebon. Ia mengaku, batik China sudah tidak dijual di tempatnya.

"Di sini kebanyakan batik-batik Jawa, Pekalongan paling banyak. Yang China nggak ada, nggak tahu saya," ujar pedagang tersebut saat ditemui detikFinance, di Mal Thamrin City, Jakarta, Selasa (7/5/2013).

Ia menjelaskan, sulit membedakan antara batik China dan batik Pekalongan yang sama-sama murah hanya Rp 35 ribu per potongnya. Bahkan, banyak yang bilang jika batik murah Pekalongan adalah batik impor dari China.

"Sama saja sih batiknya, nggak ada bedanya, sama-sama printing. Orang-orang bilang sih batik Pekalongan ini batik China karena harganya murah banget," kata dia.

Di toko lain, seorang pedagang lainnya menuturkan di Mal Thamrin City sudah tidak menjual batik China lagi. Bahkan, dirinya mengaku jika belum pernah melihat batik China di Mal Thamrin City.

"Saya nggak tahu batik China kayak apa. Kayaknya sih sudah nggak ada di sini. Biasanya lebih murah pakai print soalnya. Motifnya mirip Pekalongan lebih kembang-kembang," kata dia.

Hal yang sama diungkapkan pedagang batik di toko Thamrin City lainnya. Menurut ibu-ibu pedagang batik, batik China saat ini sudah diganti dengan batik Pekalongan yang sama-sama murah hanya Rp 100 ribu per 3 potong.

"Batik China nggak jual saya. Sama saja harganya kayak batik Pekalongan Rp 100 ribu 3 potong," katanya.

Sebelumnya, dari pantauan detikFinance, pertengahan Februari 2013 lalu, di Mal Thamrin City dipenuhi batik impor asal China. Bahkan, seorang pedagang batik menyebutkan, jika harga batik China jauh lebih murah bila dibandingkan dengan batik produksi lokal Pekalongan. Menurutnya selisih harga bisa mencapai Rp 20-30 ribu/helai.

"Sebagai contoh bahan katun model standar. Batik Pekalongan itu harganya Rp 100 ribu/helai, beda sama China cuma Rp 70 ribu. Kalau dipegang juga lebih halus dari China," kata pemilik toko bernama Ixon.

"Batik China yang jual di Thamrin City sudah mulai banyak. Bahan silk juga sama, ada perbedaan antara Rp 25-30 ribu/helai. Bahan silk ini agak panas jadi orang lebih suka dengan bahan katun," jelas Ixon pada waktu itu.

Sumber: Detik Finance