3 Mei 2024
Home
×
Login Area
Tentang LKK
Struktur Organisasi
Keanggotaan
Program & Layanan
Agenda Kegiatan
HS CODE & Tarif Pabean
Peta Logistik
Tips
Peraturan Pemerintah
×
User ID/Email

Password

Register    Forgot Password
×
Operator/Agency/vessel name/voyage
Jadwal Kapal
Port Asal :
Port Tujuan :
 
×

PENDAFTARAN
No KADIN
Perusahaan*
Alamat *
 
*
Kode Pos
Telepon *
HP/Seluler
Fax
Email
Website
Pimpinan
Jabatan
Personal Kontak
Bidang Usaha
Produk/Jasa *
Merek
ISIAN DATA KEANGGOTAAN ONLINE**)
Email
Nama lengkap
Password
Retype Password
Code ==> Verify

*) Wajib diisi
**) Diisi jika menghendaki keanggotaan Online.

×

Reset Password!

*)


*) Alamat email sesuai dengan yang tercantum di profil Account.
×

 
LKK KADIN DKI JAKARTA
FREE CONSULTATION, REGISTER NOW !
Supported by
KADIN DKI JAKARTA
 

Tabuh perang hortikultura RI - Cina - 30 May 2013

Kehangatan hubungan perekonomian Indonesia dengan China mulai ‘membeku’. Secara terbuka, negeri ‘tirai bambu’ menabuh genderang perang dagang dengan memperpanjang daftar produk, khususnya hortikultura, Indonesia yang dilarang masuk wilayahnya. Pasca salak dan manggis, terbaru alpukat dan sarang burung wallet lah yang di masukkan daftar ‘merah’ penolakan.

Diduga ini sebagai aksi ‘balas dendam’ karena sejak Juni 2012 lalu produk-produk hortikultura asal China seperti Jeruk Mandarin juga diperketat masuk Tanah Air. Bila kondisi ini berlanjut, pelaku usaha Indonesia (petani dan eksportir,Red) bisa terkor hingga Rp 100 miliar. Bahkan, bila ditotal ada potensi ekonomi lebih dari Rp 5 triliun yang hilang.

"Itulah mereka (China,Red) agak emosi, untuk membalas karena buah mereka masuk kesini kita persulit," kata Ketua Umum Asosiasi Eksportir Sayur dan Buah Indonesia Hasan Johnny Widjaja, Kamis (30/5).

Menurut catatan, dari segi nilai ekspor buah dan sayur Indonesia ke China hanya sedikit, hanya sekitar 2% dibanding buah di Indonesia yang masuk dari China (impor). Data Menteri Pertanian (Mentan) mengungkapkan nilai ekspor hortikultura ke China sekitar Rp 100,89 miliar. Bandingkan dengan impor buah dan sayur asal China yang membanjiri pasar negeri ini mencapai Rp 5,6 trilun.

Hasan mengatakan, pemerintah seharusnya bisa bertindak keras terhadap sikap China. Menurutnya pemerintah bisa melakukan aksi balasan serupa. "Kalau saya pemerintah saya akan bersikap lebih keras lagi," katanya.

Sejak awal tahun ini buah manggis asal Indonesia ditolak masuk oleh China dengan alasan mengandung Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan adanya kandungan logam berat.

Sementara, Salak Indonesia ditolak karena tidak sesuai prosedur SOPGAP (Standard Operational Procedure Good Agricultur Practice) yang ditetapkan China. jenis salak yang masuk kategori SOPGAP hanya berasal dari Yogyakarta tepatnya di Lereng Gunung Merapi, atau jenis salak pondoh. Namun pihak kompetitor eksportir salak selama ini mengekspor salak yang berasal dari Wonosobo, Banjarnegara, dan Bogor.

Terkait produk sarang burung walet, sampai saat ini tidak bisa masuk dengan alasan ada persyaratan yang belum dipenuhi perusahaan eksportir."Paling penting sebenarnya sarang burung walet, tapi karena ada persyaratan yang belum dipenuhi perusahaan," ucap Mentan Suswono.

Berdasarkan laporan, semua persyaratan tersebut sudah dipenuhi. "Tapi laporan yang sudah saya terima, persyaratannya sudah terpehuni tapi ya, coba kita lihat dalam waktu dekat," katanya.

Selama ini, lanjut Suswono, ekspor sarang burung walet Indonesia masuk melalui Malaysia dulu baru ke China.

"Sarang walet kita sebenarnya sudah lama masuk ke China, tapi masuknya melalui Malaysia dulu, kita ingin bagaimana caranya bisa langsung," tandasnya.

Sebelumnya, dia juga menyatakan ada keinginan dari pihak China di balik penolakan tersebut. "Mereka mengajukan MRA (Mutual Recognition Agreement). China ingin mengajukan agar produk hortikultura mereka bisa masuk ke Tanjung Priok. Saya mengatakan ini semata-mata untuk pengamanan pangan. Sampai saat ini produk hortikultura China seperti jeruk belum aman untuk dikonsumsi," kata Suswono beberapa waktu lalu.

Selama ini, produk hortikultura yang bisa masuk melalui Pelabuhan Tanjung Priok melalui mekanisme MRA, yaitu buah yang berasal dari Amerika Serikat, Kanada, dan Australia. Pemerintah akan terus melobi China agar Manggis Indonesia bisa masuk ke negara tersebut.

"Kita sudah bertemu dengan menteri karantina China 3 hari yang lalu, pada dasarnya masing-masing akan melakukan evaluasi terhadap produk massing-masing agar dapat diterima di negara tujuan. Kami mengajukan 4 komoditas yaitu manggis, salak, alpukat, dan sarang burung walet, kemudian China ada beberapa komoditas yang jelas ada kesepahaman. Supaya produk masing-masing bisa diterima di negara tujuan," tuturnya.

Seperti diketahui buah dan sayur (hortikultura) impor asal Amerika Serikat (AS), Australia, dan Kanada mendapat keistimewaan masuk ke Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Alasannya ketiga negara tersebut sudah memiliki perjanjian khusus dengan Indonesia

Ketiga negara itu sudah memiliki perjanjian Mutual Recognition Agreement (MRA) dengan Indonesia untuk beberapa produk hortikultura. Ketiga negara itu juga sudah mendapatkan pengakuan Indonesia produk hortikultura mereka memenuhi kaidah keamanan pangan. Sementara untuk China, Negeri Tirai Bambu tersebut belum melakukan perjanjian MRA dengan Indonesia.

Seperti diketahui pemerintah mulai 19 Juni 2012 secara resmi memberlakukan peraturan soal pembatasan pemasukan buah dan sayur (hortikultura) impor hanya melalui pelabuhan tertentu.

Pemasukan buah impor hanya boleh masuk 3 Pelabuhan utama yaitu Belawan, Pelabuhan Makassar, Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dan satu bandara udara yaitu Soekarno-Hatta. Pelabuhan Tanjung Priok termasuk pelabuhan yang tak boleh menerima buah dan sayur impor, kecuali untuk tiga negara tadi.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mendesak pemerintah Indonesia untuk melawan aksi ‘balas dendam’ yang dilakukan otoritas perdagangan China tersebut. “Harus kita lawan, karena tujuan dari pengetatan impor produk hortikultura ini untuk kepentingan dalam negeri juga. Itu merupakan intrik-intrik dagang dari China, untuk membalas. Jadi harus kita lawan. Kita buktikan kita mampu dan tidak bersalah," tegas Sofjan.

Senada dengan pandangan Sofjan, pengamat ekonomi dari Indef yang juga Guru Besar FE Univ. Brawijaya Prof Dr Ahmad Erani Yustika, kalau memang sikap China, AS, atau negara lainnya sudah dianggap merugikan ekspor, maka pemerintah Indonesia harus menerapkan asas resiprokal terhadap mereka.

"Untuk itu bisa dilakukan ‘pembalasan’. Maksudnya jangan sampai barang mereka banyak masuk sini, tapi barang kita dilarang masuk sana. Kalau soal kualitas, barang China itu juga sebenarnya juga tidak terlalu berkualitas bagus, misalnya kita lihat di produk mainan anak atau peralatan rumah tangga," katanya. Di mata Erani, Indonesia terkadang memang terlalu lembek atau mudah didikte oleh negara asing yang jadi tujuan ekspor.

Seperti diketahui, Indonesia masih mengimpor bawang putih, kentang, tomat, bawang bombay, bawang daun, kubis, selada, wortel, cabai dan lobak dari China. Sedangkan produk hortikultura yang diekspor Indonesia adalah manggis, pisang, nanas, anggur, kelengkeng, dan salak ke China.

Selama triwulan I (Januari- Maret) 2013, Indonesia telah mengimpor buah dari China sebanyak 63.263 ton atau 63,5 juta dollar (Rp 615,9 miliar). Buah-buahan juga diimpor dari Thailand sebesar 7.683 ton atau 8,9 juta dollar (Rp 86,3 miliar), Amerika Serikat 5.589 ton atau 8,13 juta dollar (Rp 78,8 miliar), Australia 2.007 ton atau 4,41 juta dollar (Rp 42,8 miliar) dan Chili 110 kg atau 113 dollar (Rp 1,1 juta) serta komulasi negara lainnya sebesar 15 ribu ton atau 18,7 juta dollar (Rp 181,4 miliar).

Petani Rugi

Eksportir buah salak sekaligus Paguyuban Petani Salak Merapi Suryo Agung mengungkapkan kerugian yang cukup besar dengan adanya pelarangan ekspor salak ke China.  "Kerugian jelas ada, omzet setiap bulannya itu Rp 500 juta menghilang dengan adanya kejadian ini," tutur Agus.

Sebelumnya Agung menilai alasan penolakan China karena kompetitor eksportir salak ramai-ramai mengekspor salak yang tidak sesuai prosedur standard operating procedures (SOP) of Good Agricultural Practices (GAP) yang ditetapkan China.

Setiap bulan, Agung mengekspor 32 ton salak pondoh ke China. Rata-rata ia mengekspor 3-4 ton salak pondoh setiap 2 minggu. Namun Agung mengatakan ekspor ke China melonjak menjelang Hari Raya Imlek.

"Ekspor salak melonjak drastis ke China saat Imlek. Setiap hari biasanya kami ekspor 8 sampai 12 ton," katanya.

Ia mengaku baru negara China yang menjadi salah satu negara tujuan ekspor salak pondoh asal Yogyakarta. "Baru ke China saja. Total produksi kita per tahun itu mencapai 40 ribu ton dari 1500 hektar lahan di Lereng Merapi yang ditanami salak pondoh," cetusnya.

Sambil menunggu aksi pemerintah , pihaknya terus memasarkan salak ke tingkat ritel hingga pasar tradisional di dalam negeri. Selain itu juga membuka peluang untuk melakukan ekspor ke Eropa dan Australia. Eropa dan Australia sudah menunjukan minatnya untuk mengimpor buah salak asal Yogyakarta.

"Harga salak pondoh di tingkat petani melorot Rp 2.000/kg. Saat ini harganya Rp 7.000/kg dari Rp 9.000/kg. Kita terus tingkatkan pengiriman ke pasar ritel dan tradisional. Eropa dan Australia juga sudah tertarik dengan salak Yogya," katanya.

EVALUASI

Menteri Pertanian Suswono menjelaskan Tiongkok menuding manggis, alpukat, dan salak Indonesia mengandung logam berat dan organisme penyakit tanaman (OPT). Atas tudingan tersebut pihaknya sedang melakukan evaluasi.

"Kami terbuka saja. Begitu juga pihak Tiongkok. Kami saling mengevaluasi produk hortikultura masing-masing agar bisa saling memenuhi persyaratan pasar," terangnya saat ditemui usai Raker dengan Komisi IV DPR di Gedung DPR kemarin.

Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut pihaknya telah berbicara dengan Menteri Administrasi Umum untuk Supervisi Kualitas, Inspeksi, dan Karantina Republik Rakyat Tiongkok Zhi Shuping minggu lalu.

Dalam pertemuan tersebut telah disepakati salak telah dibebaskan dari persyaratan administrasi. Sedangkan untuk alpukat dan manggis masih belum disepakati penyelesaiannya. "Saat ini masih terus kami bicarakan dan persyaratan apa saja yang harus kami dilengkapi dua buah itu agar bisa masuk ke sana," katanya.

Selain buah, lanjut Suswono, saat ini Tiongkok juga melarang sarang burung walet masuk. Sarang burung walet Indonesia diduga belum memenuhi syarat administrasi kesehatan pangan.

Padahal, lanjut Suswono, sebenarnya sarang burung walet Indonesia sudah masuk ke Tiongkok melalui Malaysia. Pemerintah ingin memutus rantai itu, sehingga bisa diekspor langsung ke Tiongkok. Dengan memotong rantai distribusi itu dapat meningkatkan harga jual sehingga peternak Indonesia menerima harga yang lebih tinggi.

Untuk masalah walet, Suswono telah berbicara dengan pihak Tiongkok dan telah terjadi kesepakatan. Namun saat ini realisasi dari kesepakatan tersebut belum dilaksanakan. Untuk itu pihaknya mendesak pihak Tiongkok agar segera melaksanakannya.

Suswono menambahkan, pihaknya menangkap tujuan lain Tiongkok melakukan pengetatan produk hortikultura Indonesia. Tiongkok ingin produk hortikulturanya masuk ke Tanjung Priuk.

Seperti yang diketahui, selama ini impor hortikultura yang diperbolehkan hanya dibatasi di empat pintu yaitu pelabuhan Tanjung Perak, Sarabaya ; Belawan, Medan; Soekarno Hatta, Makassar, dan bandara Soekarno Hatta, Tangerang. Dengan masuk ke Tanjung Priuk itu bisa memangkas biaya distribusi.

"Yang boleh masuk ke Tanjung Priuk kan negara-negara yang mengajukan MRA (Mutual Recognition Agreement,Red). Nah selama ini negaranya itu Amerika Serikat, Kanada, dan Australia. Tiongkok ingin mengajukan juga," katanya. Untuk mengabulkan MRA TIongkok diperlukan proses yang panjang. Sebab selama ini produk hortikultura Tiongkok masih belum aman dikonsumsi.

Pada kesempatan berbeda pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Erani Yustika menghimbau pemerintah untuk bersikap tegas menghadapi Tiongkok. Jika memang sikap Tiongkok dipandang merugikan kinerja ekspor maka pemerintah juga harus tegas membatasi impor barang dari Tiongkok.

"Jangan sampai mau diatur oleh negara asing. Mereka bebas memperdagangkan barangnya di sini. Sedangkan barang Indonesia dipersulit," ungkapnya. (surabayapost.co.id/jpnn.com)