8 Mei 2024
Home
×
Login Area
Tentang LKK
Struktur Organisasi
Keanggotaan
Program & Layanan
Agenda Kegiatan
HS CODE & Tarif Pabean
Peta Logistik
Tips
Peraturan Pemerintah
×
User ID/Email

Password

Register    Forgot Password
×
Operator/Agency/vessel name/voyage
Jadwal Kapal
Port Asal :
Port Tujuan :
 
×

PENDAFTARAN
No KADIN
Perusahaan*
Alamat *
 
*
Kode Pos
Telepon *
HP/Seluler
Fax
Email
Website
Pimpinan
Jabatan
Personal Kontak
Bidang Usaha
Produk/Jasa *
Merek
ISIAN DATA KEANGGOTAAN ONLINE**)
Email
Nama lengkap
Password
Retype Password
Code ==> Verify

*) Wajib diisi
**) Diisi jika menghendaki keanggotaan Online.

×

Reset Password!

*)


*) Alamat email sesuai dengan yang tercantum di profil Account.
×

 
LKK KADIN DKI JAKARTA
FREE CONSULTATION, REGISTER NOW !
Supported by
KADIN DKI JAKARTA
 

Gakopti komit beli kedelai 50 ribu ton/bulan - 11 Jun 2013

Setelah ditunjuk menjadi pengaman harga kedelai melalui Peraturan Presiden No 32 Tahun 2013 yang diteken 8 Mei lalu, Perum Bulog rupanya bergerak cepat. Selain mengontak produsen di Amerika Serikat untuk impor 40-50 ribu ton kedelai akhir tahun ini, kerja sama dengan perajin tahu tempe untuk pemasaran produk ternyata juga sudah dijalin.

Ketua II Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakopti) Sutaryo menyatakan pimpinannya telah ada nota kesepahaman (MoU) dengan Bulog pada akhir Mei lalu. “Intinya kami berkomitmen akan membeli 50 ribu ton kedelai dari Bulog, kapan saja barang itu tersedia,” ujarnya pada Tempo, Senin, 10 Juni 2013.

Menurut Sutaryo, produksi kedelai nasional tahun lalu hanya mencapai 779.800 ton. Padahal, jumlah kebutuhannya mencapai 2,48 juta ton, di mana sekitar 1,83 juta ton di antaranya terserap oleh industri tahu dan tempe. “Dengan begitu, nanti di tahap awal sepertiga kebutuhan kedelai kami dipasok Bulog,” ujarnya.

Kekurangan kedelai nasional dipenuhi melalui impor dengan kedelai impor Amerika mendominasi sejak lima tahun terakhir. Indonesia merupakan negara importir kedelai terbesar kedua setelah Cina yang mengimpor 21 juta ton per tahun.

Sutaryo, mewakili 115 perajin tahu tempe yang tergabung dalam koperasinya, berharap mendapatkan harga yang lebih stabil bila membeli kedelai dari Bulog. Selain itu, juga terlindung dari fluktuasi harga pasar di negeri penghasil dan ulah para cukong.

Sayangnya, baik Sutaryo Gakopti maupun Perum Bulog masih harus menunggu. Sebab, Kementerian Perdagangan hingga kini belum mengeluarkan peraturan teknis soal tata niaga kedelai.

Tata niaga itu penting. Pasalnya, sebagai penyangga harga, tugas Bulog tak hanya mengimpor lalu mendistribusikan kedelai. Bulog sebagai perusahaan pelat merah juga harus menyerap kedelai dari petani dengan harga yang ditetapkan Kementerian Perdagangan.

Kini Kementerian tampaknya masih berhitung perihal berapa harga pembelian pemerintah (HPP) yang tepat. Dengan demikian, bisa memberi insentif bagi petani hingga lebih bergairah menanam kedelai, tapi tetap menguntungkan bagi perajin sekaligus tak memberatkan konsumen yang seolah tak bisa lepas dari olahan tahu tempe. (tempo.co)