Pemerintah Harap Pemberlakukan Ekspor Sistem CIT, Berdayakan Jasa Dalam Negeri - 13 Aug 2013
Pemerintah mengharapkan pemberlakukan ekspor dengan system CIF (Cost Insurance Freight) pada akhirnya memberdayakan jasa-jasa transportasi, pendanaan, asuransi, dan sistem ini menjadikan Indonesia konsisten didalam perdagangan internasional, tidak hanya mengimpor produknya dalam CIF, tetapi juga mengekspor produknya dalam CIF. Demikian dikemukakan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan di Jakarta, Jumat (2/8).
Penggunaan metoda dan pencatatan data secara statistik akan dimulai pada bulan Agustus ini, telah disepakati berbagai Kementerian (Lintas Instansi) mulai dari Direktorat Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kemendag, Badan Pusat Statistik, Menko perekonomian, sampai Kementerian Perindustrian dan lembaga terkait lainnya. “Tidak ada alasan untuk tidak menggunakan kapal berbendera Indonesia untuk produk ekspor kita. Bahkan untuk wilayah Asia Pasifik saja, mustinya kita menggunakan kapal dan asuransi ekspor kita,” jelas Gita didampingi Dirjen Perdagangan Internasional Kemendag Bachrul Chairi.
Bahkan menurut perhitungan statistik, dengan sistem CIF Indonesia mampu meningkatkan nilai transaksi perdagangannya menjadi lebih besar (ada selisih/delta) dengan system perdagangan FOB antara 5% - 10% per bulan. Dengan asumsi nilai ekspor USD90 miliar untuk dua semester, apabila dikalikan dengan 5 s/d 10%, maka efeknya mencapai sekitar USD18 miliar per bulan. Dalam waktu lima bulan saja sejak Agustus 2013, maka diperkirakan setiap bulan akan terdapat selisih sekitar USD8 miliar, dan setidaknya angka ini akan memperbaiki defisit neraca perdagangan Indonesia.
Gita mengakui, cara ini bukan satu-satunya instrumen untuk memperbaiki kinerja ekspor nonmigas saat ini, mengingat memang belum ada pertumbuhan demand yang bagus di Negara tujuan ekspor, baik di wilayah regional ataupun juga di pasar internasional lainnya. Itu sebabnya yang harus diupayakan segera adalah meningkatkan atau memberdayakan jasa-jasa perdagangan di dalam negeri.
Sebab menurut dia, kendati sejumlah produk manufaktur memberi kontribusi peningkatan ekspor yang signifikan seperti kapal laut yang meningkat USD542,8 juta atau naik 294,9% dari periode yang sama tahun sebelumnya, produk alas kaki juga meningkat ekspornya 9,9% (senilai USD176,8 juta), serta pakaian jadi meningkat 3,9% atau senilai USD74,9 juta, tetapi pada akhirnya neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit USD846,6 juta.
Tekanan neraca perdagangan selama semester I tahun 2013 yang mengalami defisit hamper USD850 juta ini, yang dialami berbagai Negara seperti Brasil yang defisitnya USD3,1 miliar, Thailand USD17,3 miliar, dan Hong Kong dengan deficit USD39,5 miliar. Kondisi ekonomi global terus menekan kinerja ekspor nasional. Apalagi tekanan ekonomi global terhadap ekspor bulan Juni 2013, juga dialami sejumlah Negara lain seperti China, Korsel, Hong Kong, Brasil, Thailand, dan Argentina, dengan penurunan antara 3,2% sampai 13,3% disbanding bulan sebelumnya.
Sumber : Business News |