4 Mei 2024
Home
×
Login Area
Tentang LKK
Struktur Organisasi
Keanggotaan
Program & Layanan
Agenda Kegiatan
HS CODE & Tarif Pabean
Peta Logistik
Tips
Peraturan Pemerintah
×
User ID/Email

Password

Register    Forgot Password
×
Operator/Agency/vessel name/voyage
Jadwal Kapal
Port Asal :
Port Tujuan :
 
×

PENDAFTARAN
No KADIN
Perusahaan*
Alamat *
 
*
Kode Pos
Telepon *
HP/Seluler
Fax
Email
Website
Pimpinan
Jabatan
Personal Kontak
Bidang Usaha
Produk/Jasa *
Merek
ISIAN DATA KEANGGOTAAN ONLINE**)
Email
Nama lengkap
Password
Retype Password
Code ==> Verify

*) Wajib diisi
**) Diisi jika menghendaki keanggotaan Online.

×

Reset Password!

*)


*) Alamat email sesuai dengan yang tercantum di profil Account.
×

 
LKK KADIN DKI JAKARTA
FREE CONSULTATION, REGISTER NOW !
Supported by
KADIN DKI JAKARTA
 

Kuota Impor Kedelai Dipatok 534 Ribu Ton - 28 Aug 2013

JAKARTA – Pemerintah menetapkan kuota tambahan untuk impor kedelai hingga akhir tahun ini.  Menurut Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Bachrul Chairi, tambahan kuota impor ditetapkan sebesar 534 ribu ton. “Tambahan itu bisa mencukupi kebutuhan,” kata dia dalam acara forum ekspor di Hotel gran Melia, kemarin.

Menurut Bachrul, izin impor diberikan kepada 22 perusahaan swasta. Namun Perum Bulog yang telah ditunjuk sebagai stabilisator harga kedelai oleh pemerintah malah belum mengantongi izin. “Bulog masih mengurus izinnya,” ujar dia.

Saat ini stok kedelai nasional mencapai 300 ribu ton. Menurut Bachrul, stok yang berada di gudang dan tengah dikirim oleh importir tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan perajin tahu dan tempe hingga dua bulan. Karena itu, kata dia, realisasi impor tambahan sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hingga akhir tahun dan awal 2014. “Harus ada kepastian pasokan bahan baku bagi pelaku usaha dan konsumen.”

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, sepanjang 2012 konsumsi kedelai nasional mencapai 2,5 juta ton.tingginya konsumsi tidak bisa diimbangi kuantitas produksi local yang hanya mencapai 700 ribu ton. Dengan demikian, pada 2012 Indonesia mengimpor kedelai sebanyak 1,8 juta ton. Pada akhir Juli lalu, konsumsi kedelai sudah mencapai 1,9 juta ton. Jika diasumsikan angka konsumsi sama dengan tahun lalu, Indonesia masih harus mengimpor sekitar 600 ribu ton kedelai.

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan harga kedelai impor kini melonjak karena melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Dia berharap produksi kedelai nasional turun tahun depan bisa ditingkatkan. “Agar Indonesia tidak lagi bergantung pada kedelai impor,” kata dia.

Menurut Direktur utama Bulog, Sutarto Alimoeso, meski belum mengantongi izin, perseroan telah menjajaki impor dari Amerika Serikat. Dia mengaku telah memulai negosiasi dengan calon pemasok dari Negara bagian Pennsylvania. “Kami berharap izin segera keluar karena pada September mereka panen,” ujar dia kepada Tempo.

Jika izin impornya terbit, Sutarto mengatakan siap mendatangkan 100 ribu ton kedelai hingga akhir tahun. Dengan patokan harga US$ 500-600 per ton, Bulog menyiapkan anggaran impor US$ 50-60 juta atau Rp. 550-660 miliar. Untuk pendanaan, Bulog telah bekerja sama dengan PT Bank Rakyat Indonesia. Sedangkan untuk pemasaran, Surtato mengatakan telah bekerja sama dengan Gabungan Koperasi Pengusaha Tahu Tempe Indonesia (Gakopti). Gakopti akan membeli 50 ribu ton kedelai dari Bulog.

Kalangkaan pasokan dan melambungnya harga kedelai membuat resah perajin tahu dan tempe. Ketua Pusat Koperasi Perajin Tahu dan Tempe Indonesia (Puskopti) Jawa Barat, Asep Nurdin, mengatakan para perajin akan menghentikan produksi setelah harga kedelai naik dari Rp. 7.500 menjadi Rp. 9.000 per kilogram. Ada kemungkinan harga tahu tempe akan naik sekitar 10 persen.

Sumber :Koran Tempo, Rabu 28 Agustus 2013