Kenaikan Harga BBM Gagal Tekan Impor Migas - 04 Sep 2013
JAKARTA – Kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi terbukti belum ampuh mengeram impor minyak dan gas seperti yang beberapa kali diklaim pemerintah, terlihat dari nilai impor migas Juli yang justru naik 17,17% dari realisasi Juni menjadi US$4,14 miliar.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) yang diumumkan Senin (2/9), impor itu terdiri atas minyak mentah US$1,18 miliar atau naik 5,44%, hasil minyak US$2,74 miliar atau naik 24,83% dan gas US$223,2 juta atau naik 0,54%.
Dari segi volume, impor migas Juli tercacat 4,67 juta ton atau naik 15,59% dari realisasi Juni.
Padahal pemerintah sebelumnya berjanji kenaikan harga BBM bersubsidi mulai 22 Juni akan menekan konsumsi masyarakat dan selanjutnya menurunkan impor minyak.
BPS menduga untuk persiapan menghadapi arus mudik dan balik Lebaran. “Kami memprediksi sampai Agustus impor minyak belum akan turun drastis karena separuh Agustus masih masuk arus mudik dan balik,” ujar Kepala BPS Suryamin.
Akibat lonjakan impor migas ini, defisit neraca perdagangan migas melebar dari US$730,6 juta pada Juni menjadi US$1,85 miliar pada Juli, sekaligus menguak defisit neraca perdagangan lebih lebar ke US$5,65 miliar tertinggi sejak 2007.
Namun, keterangan berbeda disampaikan Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang P.S Brodjonegoro. Dia berdalih kenaikan harga BBM belum tentu menurunkan konsumsi dalam waktu cepat.
“Impor kan dilakukan berkala. Mungkin Juli masih ada impor yang besar atau produksi dalam negeri turun. Enggak tahu, saya kan enggak bisa memastikan impor pasti turun karena kenaikan harga BBM,” ujarnya.
Menurutnya, dampak positif kenaikan harga BBM tidak dilihat pada aspek penurunan konsumsi semata, tetapi juga menimalkan peluang penyelundupan. Bambang mengatakan pihaknya masih akan melihat realisasi impor hingga akhir tahun.
Padahal saat rencana penaikan harga BBM dihembuskan, pemerintah dalam berbagai kesempatan meyakinkan harga BBM bersubsidi elastic terhadap permintaan. Artinya, kenaikan harga BBM akan mengurangi konsumsi masyarakat.
Sumber : Bisnis Indonesia, Selasa 3 September 2013 |