Importir Kuasai Pasar Pangan - 02 Oct 2013
Importir sengaja membuat Indonesia tidak bisa berdaulat pangan sehingga ketahanan pangan terancam.
JAKARTA – Pemerintah dinilai tidak “kuasa” melawan kekuatan-kekuatan atau para importir selama ini menguasai perdagangan pangan dunia. Akibatnya, bahkan pangan sangat mudah masuk ke Indonesia dan petani lokal kian terpinggirkan.
Demikian dikatakan pengamat pertanian, Iskandar Andi Nuhung; Direktur Center for Studies (CIDES), Muh Rudi Wahyono; dan Direktur Habibie Centre, Heru Adi Kuncoro, pada diskusi “Masa Depan Kualitas SDM Indonesia Disandera Kartel Pangan” di the Habibie Centre, Jakarta, Selasa (1/10).
Para importir berusaha menjadikan Indonesia sebagai negara pengimpor bahan pangan terbesar di dunia. “Ini bisa dimaklumi mengingat Indonesia merupakan pasar yang menggiurkan bagi para importir pangan,” kata Iskandar Andi Nuhung.
Kondisi ini kata Andi, sangat berbahaya. Dengan demikian, Indonesia tidak bisa berdaulat secara pangan. Jika pangan kita sudah tidak berdaulat maka ketahanan pangan kita akan terancam.
Menurut Andi, kedaulatan pangan harus tetap dijaga sebab apabila terancam akan membahayakan kedaulatan negara. “Sejarah telah mengajarkan kita bahwa apabila pangan kita terancam berkorelasi erat dengan kedaulatan negara,” katanya.
Ironisnya, kata dia, selama ini, pendekatan yang dilakukan pemerintah dalam menyelesaikan persoalan pangan dilakukan secara parsial. Salah satunya melalui kebijakan impor.
Solusi paling cepat untuk mengatasi persoalan pangan, kata dia, adalah dengan memperkuat pembangunan di sektor pertanian. Salah satunya adalah dengan menambah alokasi anggaran untuk sektor pertanian.
Sumber : Koran Jakarta, rabu 2 October 2013 |