Asosiasi Ragukan Kemampuan Kereta - 02 Oct 2013
JAKARTA – Asosiasi Logistik Indonesia menilai angkutan barang menggunakan kereta api di Jawa belum siap 100% mengatasi peningkatan ongkos logistik di dalam negeri.
Ketua Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldy Masita mengatakan rencana pengalihan (shifting) angkutan logistic dari jalan raya ke kereta api akan terbentur keterbatasan fasilitas pendukung untuk aktivitas bongkar muat di stasiun.
“Angkutan logistic kereta api belum siap walaupun adanya double track [jalur pantai utara Jawa].” Ujarnya, Senin (30/9).
Dia memaparkan indikasi ketidaksiapan kereta untuk shifting angkutan logistic di lihat dari stasiun di Jawa yang umumnya belum mampu menerima kereta barang yang memiliki rangkaian panjang.
Dengan kondisi tersebut, katanya, biaya logistic dengan kereta api akan lebih besar dibandingkan dengan jalur darat dengan armada truk, karena rangkaian KA barang yang kurang panjang sehingga tidak bisa mengangkut seluruh barang dari konsumen.
“Dan yang perlu diperhatikan, fasilitas bongkar muat (crane) di stasiun utama seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya masih terbatas sehingga butuh antrean yang panjang untuk bongkar muat barang atau kontainer,” tegasnya.
Zaldy menambahkan pengalihan angkutan logistic itu akan mengikuti permintaan pemilik barang yang kini masih cenderung menggunakan truk ketimbang kereta api. Selama ini, angkutan kereta api juga masih memiliki keterbatasan pengerakan dari stasiun ke tempat tujuan pengiriman.
Ketua Khusus Angkutan Pelabuhan (Angsuspel) Organda DKI Jakarta Gemilang Tarigan menilai tidak khawatir dengan rencana pengalihan angkutan barang dari truk ke kereta api.
Menurutnya, penggunaan kereta api sebagai bagian dari shifting angkutan logistic belum tentu menjadi efisien dengan kondisi infrastuktur yang ada.
“Konsumen [pemilik barang] tentu akan melihat dari sisi efisiensi pengiriman, dan tentunya mereka juga mempertimbangkan fasilitas pendukung dari jenis angkutan yang akan dipilih. Dan kami tentunya hanya mengikuti permintaan konsumen,” jelasnya.
Menurutnya, pembenahan infrastuktur serta revitalisasi armada truk sebaiknya menjadi perhatian pemerintah agar efisiensi ongkos logistic jalur darat bisa segera terealisasi.
Selain itu, Gemilang mengharapkan pemerintah mengeluarkan regulasi desain kendaraan untuk menekan kelebihan muatan (overload) agar tidak membuat ongkos logistic semakin membengkak.
Sumber : Bisnis Indonesia, Rabu 2 October 2013 |